Rabu, 11 Desember 2013

Masuknya Hindu Budha dan kerajaan-kerajaan di Indonesia



A.    Teori Masuk Agama Hindu-Buddha Di Indonesia
a.      Teori Brahmana
Hipotesis ini menyatakan bahwa tradisi India yang menyebar ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana. Pendapat ini dikemukan oleh JC.Van Leur.
b.      Teori Ksatria (F.D.K. Bosch)
Raja-raja India datang menyerang dan mengalakan suku-suku di Indonesia.
c.       Teori Waisya
Menurut N.J. Krom, proses terjadinya hubungan antara India dan Indonesia karena adanya hubungan perdagangan, sehingga orang-orang India yang datang ke Indonesia sebagian besar adalah para pedagang.
d.      Teori Arus Balik
Menurut teori ini, penyebaran agama Hindu-Budha dilakukan oleh masyarakat pribumi. Masyarakat pribumi banyak yang dikirim ke negeri India untuk menuntut ilmu disana. Sekembalinya pelajar tersebut membawa ajaran Hindu-Budha kemudian menyebarkannya di Bumi Nusantara.

B.     Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha Di Indonesia
a.      KERAJAAN KUTAI
Kerajaan Kutai terletak di dekat Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari tujuh buah prasasti (Yupa) yang ditemukan di Muarakaman, tepi Sungai Mahakam. Prasasti yang berbentuk yupa itu menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh penguasa Kutai bernama Mulawarman. Raja pertama yang memerintah Kutai bernama Kudungga. Raja Kudungga memiliki putra bernama Aswawarman. Aswawarman memiliki putra Mulawarman. Dilihat dari nama, Kudungga bukanlah nama Hindu, tetapi nama Indonesia asli. Nama Aswawarman dan Mulawarman adalah nama-nama berbau Hindu.
Berdasarkan silsilahnya, dapat dipastikan bahwa Kudungga belum menganut Hindu dan masih mempertahankan budaya asli Indonesia. Adapun Aswawarman telah mulai mengenal Hindu, dapat dilihat dari namanya. Ia dianggap sebagai Wamsakarta (pendiri keluarga raja). Pada zaman Aswawarman dikenal upacara Vratyastoma, yaitu upacara pencucian diri (pemberian kasta) yang diadakan setiap kali ada orang Indonesia masuk agama Hindu.
b.      KERAJAAN TARUMANEGARA
Berdasarkan catatan dalam berbagai prasasti, Kerajaan Taruma- negara berdiri di Jawa Barat pada akhir abad ke-5. Raja yang memerintah pada saat itu adalah Purnawarman. Ia memeluk agama Hindu dan menyembah Dewa Wisnu.
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara;
1.   Prasasti Ciaruteun (Ciampea),
2.   Prasasti Pasir Jambu (Koleangkak),
3.   Prasasti Kebon Kopi,
4.   Prasasti Pasir Awi dan Prasasti Muara Cianten,
5.   Prasati Tugu,
6.   Prasasti Cidanghiang atau Prasasti Lebak.
Dari catatan seorang musafir Cina, Fa-Hien, diperoleh keterangan bahwa pada tahun 414, terdapat kerajaan bernama To-lo-mo. Fa-Hien yang sedang melakukan perjalanan menuju India dan singgah di Ye-po-ti (Jawa) di To-lo-mo banyak terdapat orang Hindu, ada juga orang Buddha. Dikatakan juga bahwa raja mempunyai kekuasaan sangat besar karena raja dianggap sebagai keturunan dewa.
c.       KERAJAAN HO-LING
Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906). Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau Kaling terletak di Jawa Tengah. Nama ini diperkirakan berasal dari nama sebuah kerajaan di India, Kalingga. Tidak ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dari kerajaan ini. Menurut Berita Cina, kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang bertingkat, yang ditutup dengan atap; tempat duduk sang raja ialah peterana gading. Orang orangnya sudah pandai tulis menulis dan mengenal ilmu perbintangan. Dalam Berita Cina disebut adanya Ratu His-mo atau Sima, yang memerintah pada tahun 674. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan bijaksana. Hukum dilaksanakan dengan tegas. Pada masa ini, agama Buddha berkembang bersama agama Hindu. Hal ini dapat terlihat dengan datangnya pendeta Cina Hwi Ning di Kaling dan tinggal selama tiga tahun. Dengan bantuan seorang pendeta setempat yang bernama Janabhadra, Hwi Ning menterjemahkan kitab Hinayana dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. 
d.      KERAJAAN SRIWIJAYA
Kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan besar yang terletak di Sumatra Selatan. Menurut para ahli, pusat Kerajaan Sriwijaya ada di Palembang dan diperkirakan telah berdiri pada abad ke-7 M. Sumber sejarah kerajaan Sriwijaya berupa prasasti dan berita Cina. Sumber yang berupa prasasti terdiri atas dua, yaitu prasasti yang berasal dari dalam negeri dan prasasti yang berasal dari luar negeri. Prasasti yang berasal dari dalam negeri antara lain: prasasti Kedukan Bukit (683 m), Talang Tuwo (684 m), Telaga Batu (683), Kota Kapur (686), Karang Berahi (686), Palas Pasemah dan Amoghapasa (1286).
Prasasti yang berasal dari luar negeri antara lain; Ligor (775), Nalanda, Piagam Laiden, Tanjore (1030 M), Canton (1075 M), Grahi (1183 M) dan Chaiya (1230). Begitu pula sumber naskah dan buku yang berasal dari dalam negeri adalah kitab Pararaton, sedangkan dari luar negeri antara lain kitab memoir dan record karya I-Tsing, Kronik dinasti Tang, Sung, dan Ming, kitab Ling- wai-tai-ta karya Chou-ku-fei dan kitab Chu-fon-chi karya Chaou- fu hua. Balaputradewa adalah putra Samaragrawira, yaitu raja Jawa dari Dinasti Syailendra
e.       KERAJAAN MATARAM KUNO
Seperti keberadaan kerajaan-kerajaan sebelumnya, keberadaan Kerajaan Mataram Kuno ini pun kita ketahui dari prasasti-prasasti yang ditemukan. Cukup banyak prasasti yang berisi informasi tentang Mataram. Di samping prasasti, informasi tentang Mataram juga dapat diperoleh dari candi-candi, kitab cerita Parahyangan (Sejarah Pasundan), dan Berita Cina. Kerajaan ini mula-mula diperintah oleh Raja Sanna. Raja Sanna kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Pada masa pemerintahannya, rakyatnya hidup makmur.
Pada masa pemerintahan Sanjaya, ada dinasti lain yang lebih besar, yaitu Dinasti Syailendra. Keluarga Sanjaya beragama Hindu dan keluarga Syailendra beragama Buddha. Setelah Sanjaya, Mataram kemudian diperintah oleh Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Setelah Panangkaran, Mataram terpecah menjadi Mataram Hindu dan Mataram Buddha. Namun, pada tahun 850, Mataram kembali bersatu dengan menikahnya Rakai Pikatan dan Pramodharwani,
Mataram kemudian diperintah oleh Sindhok (929-949) keponakan Wawa dari keluarga Ishana karena Wawa tidak mempunyai anak. Sindhok kemudian memindahkan ibu kota kerajaan ke Jawa Timur karena (1) sering meletusnya Gunung Merapi, dan (2) Mataram sering diserang oleh Sriwijaya. Kerajaan Mataram di Jawa Timur ini sering disebut Kerajaan Medang. Mpu Sindhok merupakan penguasa baru di Jawa Timur dan mendirikan wangsa Icyana. Keturunan Mpu Sindok sampai Airlangga tertulis di Prasasti Calcuta (1042) yang dikeluarkan oleh Airlangga. Setelah Sindhok, Raja Dharmawangsa (991—1016) bermaksud menyerang Sriwijaya, tapi belum berhasil. Pemerintahannya diakhiri dengan peristiwa pralaya, yaitu penyerangan raja Wora Wari. Pengganti Dharmawangsa adalah Airlangga, menantunya, yang berhasil lolos dari peristiwa pralaya. Airlangga berhasil membangun kembali kerajaan Medang di Jawa Timur. Airlangga terkenal sebagai raja yang bijaksana, digambarkan sebagai Dewa Wisnu. Pada akhir pemerintahannya Airlangga membagi kerajaannya menjadi Jenggala (Singosari) dan Panjalu (Kediri). Namun, kerajaan yang bertahan adalah kerajaan Kediri. Airlangga wafat pada tahun 1049. Dengan demikian, berakhirlah Kerajaan Mataram Kuno.
f.       KERAJAAN KEDIRI
Letak kerajaan kediri berada di sebelah selatan sungai Brantas. Kerajaan Kediri adalah pecahan kerajaan Airlangga. Kerajaan yang satunya adalah kerajaan Jenggala. Kedua kerajaan tersebut saling berebut tahta kekuasaan hingga terjadi perang. Perang itu memakan waktu yang cukup lama sehingga menenggelamkan kedua kerajaan tersebut. Baru pada tahun 1117 M kerajaan Kediri muncul kembali.
Raja-Raja Kerajaan Kediri :
a. Raja Jayabaya ( 1135-1157 M )
b. Raja Sarweswara ( 1159-1169 M )
c. Raja Sriaryeswara ( 1169-1181 M )
d. Raja Sri Gandra ( 1181-1182 M )
e. Raja Kameswara ( 1182-1185 M )
f. Raja Kertajaya (1190-1122 M )
Bukti-Bukti Adanya Kerajaan Kediri :
1. Prasasti Jaring ( 1181 M )
2. Prasasti Padlegan ( 1117 M )
3. Prasasti Kahyunan ( 1161 M )
4. Prasasti Tangkilan ( 1130 M )
5 Candi Tuban
g.      KERAJAAN SINGASARI
Sejarah Singasari berawal dari daerah Tumampel, yang dikuasai oleh seorang akuwu (bupati). Letaknya di daerah pegunungan yang subur di daerah Malang. Perkembangan pesat yang dialami oleh kerajaan Singasari ini setelah berhasil mengalahkan kerajaan Kediri dalam pertempuran dekat Gender tahun 1222 M
Sumber-sumber sejarah:
1.      Kitab Pararaton, menceritakan raja-raja Singasari
2.      Kitab Negara Kertagama, berisi silsilah raja-raja Singasari
3.      Prasasti sesudah tahun 1248 M
4.      Berita-berita asing (Cina) menyatakan bahwa kaisar Khubilai Khan (Cina) mengirim pasukannya untuk menyerang Kerajaan Singasari
5.      Peninggalan berupa candi, yaitu Candi Kidal, Candi Jago, Candi Singasasri
Raja-Raja Singasari:
1.      Raja ken arok
2.      Raja anusapati
3.      Raja tohjaya
4.      Raja wisnuwardhana
5.      Raja kertanegara
h.      KERAJAAN MAJAPAHIT
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya di hutan Tarik dekat Mojokerto yang kemudian daerah itu dijadikan sebagai tempat berdirinya kerajaan Majapahit.
Sumber-sumber sejarah Majapahit :
a. Prasasti Butak ( 1294 M ) yang dibuat oleh Raden Wijaya setelah ia berhasil
    menaiki tahta.
b. Kidung Harsawijaya dan Kidung Panji Wijayakrama.
c. Kitab Pararaton
d. Kitab Negarakertagama, menceritakan tentang perjalanan Raja Hayam Wuruk ke Jawa Timur.
Raja-raja Majapahit :
a.       Raja Kertarajasa Jayawardhana
b.      Raja Jayanegara
c.       Ratu Tribhuwanatunggadewi
d.      Raja Hayam Wuruk
e.       Raja Wikrama Wardhana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar