Jumat, 03 Januari 2014

Martin Heidegger (1889-1976)



A.    Riwayat Hidup Martin Heidegger
Martin Heidegger adalah seorang filusuf Jerman yang karyanya terkait dengan Fenomenologi dan Eksistensialisme. Heidegger lahir pada tanggal 26 September 1889 di Messkirch, Jerman. Ia tumbuh dan dibesarkan dalam tradisi Katholik Roma yang ketat, dimana ayahnya bertugas sebagai koster pada gereja Katholik Santo Martinus. Ia mengikuti sekolah menengah di Konstanz dan Freiburg Im Breisgau. Pada tahun 1909 ia masuk universitas Freiburg untuk belajar di Fakultas Teologi. Setelah mempelajari Teologi selama 4 semester, ia mengubah haluan dan mengerahkan seluruh perhatiannya kepada studi filsafat, ditambah dengan kuliah-kuliah tentang ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan social. Heidegger memperoleh gelar doktor filsafat pada tahun 1913 dengan disertasi tentang Die Lehre Vom Urteil Im Psychologismus (ajaran tentang putusan dalam psikologisme).
Pada tahun 1916 Heidegger mulai belajar filsafat Fenomenologi kepada Husserl, bahkan kemudian ia menjadi asistennya. Disamping itu selama tahun 1916-1919, Heidegger mencoba mengkaji dogma-dogma katholik yang rigid dan mengerakkan dogma-dogma tersebut ke faham protestan liberal. Tahun 1923 ia diangkat menjadi profesor filsafat di universitas Marburg, disini ia menerbitkan karyanya yang pertama yaitu Being and Time (Sein Und Zeit) tahun 1927. Dia kembali ke Freiburg pada tahun 1928 untuk menggantikan Edmund Husserl. Pada tahun 1933 dia memperoleh jabatan Rektor pada unversitas Freiburg. Dia meninggal pada tanggal 26 Mei 1976.
Disamping karya monumentalnya Sein Un Zeit, Heidegger juga menerbitkan banyak karya lagi yang kebanyakan menyajikan salah satu ceramah atau serangkaian ceramah yang pernah dibawakannya seperti Kant Und Das Problem Der Metaphysic (Kant dan Problem Metafisik, 1929), Was Ist Differanz (Identitas dan Perbedaan, 1957) dan masih banyak karyanya yang lain.
B.     Pemikiran Martin Heidegger
Perhatian utama dari seorang Heidegger adalah Ontologi. Dalam karyanya, “Being dan Time”, ia mencoba untuk mengakses Being (Sein) dengan melalui analisis Fenomenologis tentang eksistensi manusia (Dasein) yang berkenaan ke karakter duniawi dan sejarah manusia. Dalam Being And Time Heidegger menyatakan bahwa studi tentang diri kita atau Dasein (berada-ada) adalah perkara penting untuk menanyakan makna keberadaan. Ini lantaran kitalah satu-satunya entitas yang mempersoalkan atau menanyakan makna keberadaan. Kita, tidak seperti binatang, mampu secara sadar untuk memilih bagaimana kita ingin berada atau juga apakah kita ingin berada. Konteks dimana kita hidup mungkin membatasi pilihan yang kita ambil, namun kita masih bisa memilih. Lewat pilihan-pilihan kitalah ide-ide kita tentang makna keberadaan seorang manusia mengemuka. Selain itu, aktivitas kita sehari-hari didunia dibentuk oleh kemampuan kita untuk menngkap fakta keberadaan seluruh entitas. Kita oleh karena itu memiliki pemahaman ontologis.
Untuk memahami ide-ide penting tentang makna keberadaan buat manusia kita harus memahami Dasein dalam kesehariannya. Disini Heidegger memisahkan diri dari tradisi filsafat sebagaimana yang terlihat dalam karya-karya Kant, Descartes, dan Hume yang memandang manusia sebagai pengamat yang terpisah dari dunia. Asumsi yang salah disini tegas Heidegger adalah bahwa kita bisa memisahkan diri kita dari yang entitas yang kita amati tanpa mempengaruhinya atau terpengaruh olehya. Keberadaan manusia tidak bisa dianggap terpisah dari dunia. Dasein adalah “berada-ada” dan “ada” adalah dunia. Oleh karena itu keberadaan Dasein tentu adalah keberadaan di dunia. Kita berinteraksi dengan entitas-entitas dan memberi mereka makna atau pemaknaan sesuai dengan kebutuhan, minat, dan tujuan kita. Makna penting entitas-entitas beragam sesuai dengan beragamnya kebutuhan dan tujuan manusia.
Penggunaan kata masyarakat menegaskan bahwa bersama manusia lainlah kita memenuhi kebutuhan, minat, dan tujuan. Akibatnya keberadaan Dasein adalah juga keberadaan bersama. Bersama yang lain kita bisa menegaskan atau menghilangkan diri kita. Keberadaan dan waktu saling terkait. Perwujudan penting temporalitas ini adalah sejarah. Masa kini dan masa depan hanya bermakna jika mereka diwariskan dan kita adalah pewarisnya. Heidegger menyatakan masa lalu Dasein bukanlah sesuatu yang berjalan di belakang Dasein, namun sesuatu yang berjalan di depannya sejak awal. Sejarah menurut Heidegger adalah gabungan dari apa yang Nietzsche sebut dalam The Use And Abuse Of History For Life yang monumental, antiquarian, dan kritis. Sejarah monumental kata Nietzsche menunjukkan pada kita bahwa yang agung yang dulu eksis adalah entitas yang dulu mungkin untuk eksis dan akan mungkin pula untuk eksis pada suatu ketika. Sejarah antiquarian meliputi pemujaan dan pemeliharaan terhadap eksistensi yang telah ada dimana kemungkinan yang sedang dipergunakan seseorang mewujud dan sejarah kritis meliputi penggugatan dan penghapusan masa lalu. Namun bagi Heidegger sejarah kritis adalah tentang pemisahan diri kita dari mereka. Jelas bahwa keberadaan yang otentik membutuhkan sejarah yang otentik. Oleh karena itu para sejarawan harus berusaha untuk menarik potensi dari masa lalu. Dan ini berarti bahwa para sejarawan harus menyadari keterbatasan mereka sendiri. Sejarah oleh karena itu memiliki peran penting dalam pencarian keontetikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar