BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Politik etis yang
dijalankan oleh pemerintah sejak ahun 1902 mempunyai dampak luas dalam bidang
pengajaran. Pemuda Indonesia memaanfatkan kesempatan untuk mengikuti pengajaran
kolonial. Angkatan muda banyak yang memiliki prestasi keahlian yang dimaksudkan
untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan di berbagai bidang Belanda.
Pada
tahun 1909 seorang lulusan OSVIA bernama Tirtoadisurjo mendirikan Sarekat
dagang Islamiyah di Batavia, kemudian pada tahun 1912 organisasi tersebut
mengubah namanya menjadi Sarekat Islam atau yang biasa di kenal dengan SI, Sarekat
Islam merupakan gerakan politik di Indonesia yang menonjol sebelum perang Dunia
Kedua, dan langsung mengalami perkembangan yang begitu pesat. Pada tahun 1919
SI menyatakan mempunyai anggota 2 juta orang, pada tahun 1915 Sarekat Islam
mengalami kemunduran, hilang nya pengaruh dan timbulnya pertentangan interen.
Pertikaian pertama dari serangkaian panjang perselisihan dalam
partai ini terjadi pada tahun 1916, ketika itu pemimpin SI di jawa barat
melakukan upaya untuk memisahkan cabang Jawa Barat melakukan upaya untuk
memisahkan cabang Jawa Barat dan Sumatra Selatan dari bagian lainnya. Upaya ini
di gagalkan oleh pengurus besar. Jauh lebih berbahaya adalah perpecahan yang
terjadi Pada tahun 1910-an karena ini adalah
petarungan ideology dasar, pertarungan berlaku antara aliran
sosialistis-revolusioner dan sayap yang lebih moderat dan orientasinya kepada
agama lebih kuat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaiman
munculnya organisasi Sarekat Islam?
2.
Bagaimana
perkembangan organisasi Sarekat Islam?
3.
Bagaimana
munculnya organisasi ISDV?
4.
Bagaiman
persaingan SI dan ISDV?
C.
Tujuan
1. Mengetahui munculnya organisasi Sarekat Islam.
2. Mengetahui perkembangan organisasi Sarekat Islam.
3. Mengetahui munculnya organisasi ISDV.
4. Mengetahui persaingan SI dan ISDV.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Munculnya
Organisasi Sarekat Islam
Sebelum
menggunakan nama Sarekat Islam, organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam
(SDI), yang didirikan oleh Haji Samanhudi di kampung Lawean, Solo pada 1912.
Sebenarnya ada pula sebagian pendapat yang mengatkan bahwa SDI telah berdiri
pada tahun 1905. Latar belakang berdirinya SI yaitu adanya persaingan antara
pedagang Cina dan Jawa, karena perubahan tingkah laku dan arogansi pedagang
Cina. Tujuan Sarekat Islam adalah menghidupkan
kembali kegiatan ekonomi pedagang islam Jawa yang diikat dengan agama. Selain
itu tujuan utama SI untuk mengembangkan perekonomian berkali-kali ditekankan
oleh pemimpin SI terkemukan yaitu Umar Said Cokroaminoto. Dalam pidatonya pada
rapat besar di kebun binatang surabaya pada tanggal 26 januari 1913, ia
menegaskan bahwa tujuan SI adalah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia,
memperkuat ekonominya agar mampu bersaing dengan bangsa asing.
Usaha
untuk meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa sendiri diterima dengan antusias oleh
masyarakat lapisan bawah. Wong cilik mendapat kesempatan untuk memperbaiki
kehidupan yang sudah lama dinanti-nantikan. Maka tidak heranlah jika SI menjadi
populer dikalangan masyarakat bawah. Dalam waktu kurang dari satu tahun SI
sudah tumbuh menjadi organisasi yang sangat berkembang dengan pesat. Karena itu
pemerintah Hindia Belanda harus mencermati jejak SI yang di anggap membahayakan karena mampu mebolisasikan
massa.
Mengenai
reaksi terhadap makin luasnya keanggotaan SI, Gubernur Jendral Idenburg berpendapat
bahwa SI merupakan kenyataan bahwa orang bumi putra mulai memikirkan nasibnya. Dari kalangan Pangreh Praja berpendapat
bahwa menerima SI secara wajar, tetapi di pihak lain kehadirannya merupakan ancaman
bagi keamanan dan ketertiban. Bupati yang progresif mengharuskan supaya
Panrehpraja menduduki jabatan cabang SI sedangakan bupati yang konsevatif akan
menolak kehadiran SI dan dianggap mengurangi kewibawaannya dan posisi kekuasaan
jadi terancam. Namun pada sebagian orang menganggap SI sangat negatif.
Bupati
Cirebon menganagap pemimimpin SI sebagai priayi yang gagal yang dengan membebani
perkumpulan bertindak macam-macam. Satu-satunya kemajuan yang di bawa SI
menurut mereka adalah orang yang menjadi lebih bersikap sok aksi.
Rinkes
bersikap longgar terhadap SI “gerakan bumiputra memang sudah ada”. Orang harus menerimanya,
tetapi sebaiknya dengan “jiwa dan sikap agung”. Bagi Idenburg melarang begitu saja
tidak ada gunanya, apalagi dengan tekanan penindasan jalan yang terbaik baginya
adalah membuat kanalisasi artinya mengurangi desakan kuat sehingga tidak timbul,
satu kekuatan besar yang dapat menghancurkan eksistensi pemerintah. Idenburg hanya
maumemberi badan hukum pada cabang-cabang SI. Berarti hanya cabang lokal yang
di akui secara resmi dan hubungan antar cabang dan kordinasi dari CSI (centar Sarekat
Islam) di perlemah.
B.
Perkembangan Organisasi Sarekat Islam
Politik
kanalisasi dari Idenburg dapat dikatakan berhasil karna CSI baru diberi pengakuan
badan hukum pada bulan Maret 1916 dan keputusan ini diberikanny apada waktu ia hampir
berhenti dari jabatannya. Idenburg diganti oleh Gubernur Jendral Van Limburg
stirum (1916-1921) yang juga seperti pendahulunya sikap agak simpatik terhadap
SI dalam konges SI tahun 1916 Cokroaminoto secara panjang lebar menguraikan perlunya
pemerintahan sendiri untuk rakyat Indonesia. Semetara itu persoalan pertahanan
India mulai banyak membicarakan kolonial tertentu sehingga terbentuk komite
pertahanan Hindia.
Pada
bulan Juni 1916 di Bandung diadakan kongres
Pertama yang dihadirI oleh 80 SI lokal yang meliputi 360 ribu orang.
Sebelum diadakan kongres SI kedua tahun
1917 di Jakarta munculah aliran sosialisrevolusioner yang di wakili oleh Semaun
yang pada waktu itu menjadi SI lokal Semarang. Namun kongres itu tetap memutuskan
bahwa perjuangan SI mendapatkan zelfbestuur
atau pemerintahan sendiri. Selain itu ditetapkan juga asas kedua berupa “stricdtegen overheersing van het zonding kapitalisme”
atau perjuangan melawan penjajahan dari kapitalisme yang jahat, sejak itu pula
Cokroaminoto dan Abdul Muis mewakili SI dalam dewan rakyat.
Kongres ketiga dilakukan pada tahun 1918 di
Surabaya memiliki anggota 450.000 orang yang berasal dari 87 SI lokal. Pengaruh
Semaun makin menjalar ketubuh SI. Dikatakannya bahwa pertentagan yang terjadi bukan
antara penjajah dan terjajah tetapi juga antara kapitalis dengan buruh.
Kongres
SI keempat tahun 1919, SI
memperhatikan gerakan buruh atau Sarikat Sekerja (SS), karena SS akan memperkuat
kedudukan partai politik dalam menghadap ipemerintahan kolonial. Kemudian trebentuklah
persatuan SS yang beranggotakan SS pengadaian, dan SS pegawai pabrik gula, dan
SS pegawai kereta api. Setelah terjadinya peristiwa Cimamere dan kasus Afdeling
B maka pada akhir tahun 1919 diselenggarakan kongres SI keempat. Sementara itu perjuangan
SI tetap ditegakkan dengan landasan perjuangan antar bangsa yang ini berarti perjungan
melawan pemerintah kolonial harus terus dilakukan.
Kongres
SI kelima pada tahun 1921 Semaun
melancarkan kritik terhadap kebijakan SI Pusat sehingga timbul perpecahan. Di
satu pihak aliran yang mendambakan aliran ekonomi gogmatis diwakili oleh Semaun
dan aliran nasional keagamaan diwakili oleh Cokroaminoto. Kemungkinan
dipersatukannya dua aliran itu ialah dengan memformulasikan satu perjuangan SI
menentang kapitalisme sebagai debab utama timbulnya penjajahan. Jadi, yang
perlu ditantang adalah penjajahan yang disebabkan oleh tindakan kapitalis.
Rupanya
gejala perpecahan semakin jelas dan dua aliran itu ternyata tidak dapat
dipersatukan. Didalam kongres keenam
yang diselenggarakan pada akhir tahun 1921 disetujui adanya disiplin partai. Sebagai
akibat dilaksakannya disiplin partai maka Semaun dikeluarkan dari Si karena
berlaku kententuan bahwa tidak boleh merangkap dengan anggota partai lain.
Dengan demikian terdapt dua aliran SI yaitu: 1) yang berazazkan
kebangsaan-keagamaan berpusat di Yogyakarta dan 2) yang berazazkan komunis
berpusat di Semarang.
Kongres
SI ketujuh yang diselenggarakan pada
tahun 1923 di Madiun memutuskan bahwa Sentral Sarekat Islam diganti menjadi
Partai Sarekat Islam (PSI). Selanjutnya ditetapkan berlakunya disiplin partai.
Di pihak lain cabang SI yang mendapat pengaruh komunis menyatakan dirinya
bernaung dalam Sarekat Rakyat yang merupakan bangunan bahwa Partai Komunis
Indonesia (PKI).
Azaz
perjuangan PSI adalah nonkoperasi artinya organisasi itu tidak mau berkerjasama
dengan pemerintah kolonial, tetapi organisasi itu mngizinkan anggotanya duduk
dalam Dewan Rakyat atas nama sendiri. Kongres PSI tahun 1927 menegaskan azaz
perjuangannya bahwa tujuannya adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan
agama Islam. Karena tujuannya dinyatakan dengan tegas tentang kemerdekaan
nasional maka PSI menggabungkan diri dalam Permufakatan Perhimpunan Politik
Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Nama Psi ditambah dengan “Indonesia” untuk menunjukan
tujuan perjuangan kebangsaanya dan kemudian menjadi Partai Sarikat Islam
Indonesia (PSII) pada tahun 1927. Perubahan nama itu dapat dikaitkan dengan
datangnya dr. Sukiman dari Belanda.
Di
dalam organisasi PSII terjadi perbedaan pendapat yang di satu pihak diwakili
oleh Cokroaminoto menekankan perjuangn kebangsaan. Di pihak lain dr.Sukiman
keluar dari organisasi lama dan mendirikan Partai Islam perjungan Islam maka
akhirnya dua aliran itu dapat dipersatukan kembali pada 1937. Persatuan dalam
PSII hanya berlangsung singkat karena dr.Sukiman memisahkan diri lagi yang
diikuti Wiwoho, Kasman Singodimejo, dll.
Pada
1940 Kartosuwiryo mendirikan PSII Kartosuwiryo setelah keluar dari PSII lama.
Pada saat Jepang mendarat di Indonesia kekuatan Islam terpecah menjadi beberapa
aliran PSII Abikusno, PSII Kartosuwiryo, PII atau PARII dr. Sikiman. Semua
aliran itu tidak berdaya pada pendudukan Jepang yang melarang kehidupan partai
politik di Indonesia.
C.
Munculnya Organisasi ISDV
Benih-benih marxisme datang dari luar
negeri dan mulai ditanamkan di bumi Indonesia pada masa sebelum perang dunia 1,
yaitu dengan datangnya seorang pemimpin buruh negeri belanda bernama H.J.F.M
Sneevliet. Ia adalah anggota Social Democratische Arbeiderspartij (SDAP) atau Partai
Buruh Sosial Demokrat.
Di Indonesia mela-mula ia tinggal di Semarang
dan pada tahun 1913 menjadi sekretaris pada Semarangse Handelsvereniging. Bagi
Sneevliet tinggal di semarang adalah menguntungkan karena merupakan pusat
Vereniging Van Spoor en Tramweg Personeel (VSTP), serikat buruh di indonesia
pada waktu itu merupakan suatu perkumpulan yang sudah tersusun baik. Atas
pengalamannya ia berhasil membawa VSTP kearah yang lebih radikal.
Pada tanggal 19 Mei 1914 bersama dengan
orang sosialis lainnya seperti J.A Brandsteder, H.W. Dekker, dan Bergsma
berhasil mendirikan suatu organisasi yang di beri nama Indische
Sociaal-Democratische Vereneging (ISDV). Sneevliet dan kawan-kawan merasa ISDV
tidak dapat berkembang karena tidak berakar di dalam masyarakat indonesia. Oleh
karena itu, mereka menganggap akan lebih efektif untuk bersekutu dengan gerakan
yang lebih besar yang dapat bertindak sebagai jembatan kepada masyarakat
indonesia.
D. Hubungan SI dengan ISDV
Mula-mula bersekutu dengan Insulinde
yang mempunyai anggota lebih besar
daripada ISDV. Akan tetapi karena tidak memenuhi sasaran tujuan ISDV, Sesudah
satu tahun kerjasama itu bubar. Sasaran selanjutnya dialihkan ke Sarekat Islam
yang pada masa itu (1916) mempunyai ratusan ribu anggota dan merupakan suatu
gerakan raksasa di dalam pergeraan nasional indonesia dengan menggunakan taktik
infiltrasi yang di kenal dengan nama “blok di dalam”, ISDV berhasil menyusup
kedalam SI. Caranya ialah dengna menjadikan anggota ISDV menjadi anggota SI dan
sebaliknya. Dalam waktu satu tahun Sneevliet dan kawan-kawannya telah mempunyai
pengaruh Mereka meang kuat dikalangan anggota-anggota SI.
Mereka memperkuat pengaruhnya dengan jalan menunggangi keadaan buruk akibat
perang dunia I dan panen padi yang jelek serta ketidak puasan buruh perkebunan
sebab upah yang rendah dan membumbungnya harga.
Ada beberapa hal yang menyebabkan
berhasilnya ISDV melakukan infiltrasi kedalam tubuh SI:
1. Central
Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat masih sangat lemah
kekuasaanya. Tiap-tiap canbang SI bertindak sendiri-sendiri secara bebas. Para
pemimpin lokal yang kuat mempunyai pengaruh yang menentukan di dalam SI cabang.
2. Kondisi
kepartian pada masa itu memungkinkan orang untuk sekaligus menjadi anggota
lebih dari satu partai. Hal ini disebabkan pada mulanya organisasi-organisasi
itu didirikan bukan sebagai suatu partai politik melainkan sebagai suatu
organisasi guna mendukung berbagai kepentingan sosial budaya dan ekonomi.
Dikalangan kaum tepelajar menjadi kebiasaan bagi stiap orang untuk memasuki
berbagai macam organisasi yang dianggapnya dapat membantu kepentingan.
Kemudian Sneevliet dan kawan-kawan
berhasil mengambil alih beberapa
pemimpin muda SI menjadi pemimpin ISDV. Yang terpenting antara pemimpin muda
itu adalah Semaun dan Darsono yang pada tahun 1916 menjadi anggota SI cabang
Surabaya yang pada waktu itu menjadi pusat CSI. Tidak lama kemudian Semaun
pindah ke semarang yang pada saat itu telah mendapat pengaruh kuat dari ISDV. Akan
tetapi karena orientasinya marxistis, dibawah pengaruh ISDV mereka menjadi lawan
CSI yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto. SI Semarang menyerang CSI sama
sengitnya seperi mereka menyerang pemerintah kolonial dan kapitalis asing. Oleh
karena campur tangan ISDV dalam pertikaian antara CSI dan SI semarang, dalam
kongresnya bulan oktober 1917 SI memutuskan untuk menghentikan segala hubungan
dengan ISDV.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sarekat
Islam muncul dilatarbelakangi adanya adanya persaingan antara pedagang Cina dan
Jawa, karena perubahan tingkah laku dan arogansi pedagang Cina Tujuan Sarekat Islam adalah menghidupkan
kembali kegiatan ekonomi pedagang islam Jawa yang diikat dengan agama. Tujuan
utama SI untuk mengembangkan perekonomian berkali-kali ditekankan oleh pemimpin
SI terkemukan yaitu Umar Said Cokroaminoto. Sarekat Islam mengalami
perkembangan setelah beberapa kali melakukan kongres. Puncaknya pada kongres
kelima SI terjadi perbedaan pendapat disatu pihak aliran yang mendambakan
aliran ekonomi gogmatis diwakili oleh Semaun dan aliran nasional keagamaan
diwakili oleh Cokroaminoto.
Kongres
SI ketujuh memutuskan bahwa Sentral Sarekat Islam diganti menjadi Partai Sarekat
Islam (PSI). Selanjutnya ditetapkan berlakunya disiplin partai. Di pihak lain
cabang SI yang mendapat pengaruh komunis menyatakan dirinya bernaung dalam Sarekat
Rakyat.
Pada
tanggal 19 Mei 1914 bersama dengan orang sosialis lainnya seperti J.A
Brandsteder, H.W. Dekker, dan Bergsma berhasil mendirikan suatu organisasi yang
di beri nama Indische Sociaal-Democratische Vereneging (ISDV). Sneevliet dan
kawan-kawan merasa ISDV tidak dapat berkembang karena tidak berakar di dalam
masyarakat indonesia. Sneevliet berhasil mengambil alih beberapa pemimpin muda
SI menjadi pemimpin ISDV. Akan tetapi karena orientasinya marxistis, dibawah
pengaruh ISDV mereka menjadi lawan CSI yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto. Bulan
oktober 1917 SI memutuskan untuk menghentikan segala hubungan dengan ISDV.
DAFTAR
PUSTAKA
Suhartono. 2009. Sejarah
Pergerakan Nasinal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah
Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Moedjanto.
1988. Indonesia Abad Ke-20 djilid I. Yogyakarta: Kanisius.
Nugroha notosusanto, Dkk. 2009. Sejarah Nasional Indonesia Djilid 5.
Jakarta: Balai Pustaka.
A.P.E.Korver. 1985. Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil. Jakarta: Temprit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar