Manfaat Museum Dan Hakekat Sejarah Bila Dikaitkan Dengan Kunjungan Ke Museum
Kareta Karaton Ngayogyakarta
Museum,
berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums disingkat
ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan
sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi,
meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk
kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan oleh arena itu bisa menjadi bahan
studi oleh kalangan akademis. Hakekat museum yaitu sebagai media edukasi,
gudang ilmu dan tempat pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Museum Kareta Kraton Ngayogyakarta
terletak tidak jauh dari Kraton Yogyakarta itu sendiri. Museum ini menyimpan
berbagai koleksi kereta-kereta yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta. Bila kita
berkunjung kesana, ada baiknya jika didampingi oleh pemandu ketika memasuki
museum kereta tersebut, karena kalau tidak belum tentu kita akan mengerti cerita dan latar belakang
sejarah tiap-tiap kereta yang pastinya tidak sama.
Biaya masuk
untuk mengunjungi Museum Kareta Karaton Nyogyakarta ini adalah sebesar 3000 rupiah per orang dan 1000 rupiah untuk ID foto (bagi yang membawa kamera).
Jam buka museum sendiri mulai pukul 08.30 sampai dengan pukul 16.00 WIB.
Umumnya semua kereta dibeli pada
jaman Sri Sultan HB VIII yang dianggap sebagai Sultan pembaharu. Beliau jugalah
yang melakukan renovasi Kraton, membeli banyak kereta dan dianggap Sultan yang
kaya karena pada jamannya tidak terjadi peperangan (peperangan banyak terjadi
pada masa Sri Sultan HB VII).
Berdasarkan
penjelasan guide yang bernama Bapak Kardi, kita dapat mengetahui
sejarah-sejarah kereta yang terdapat disana seperti berikut :
1. Kareta
Kyai Jongwiyat.
Kereta
ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1880. Kereta Kyai Jongwiyat
ini merupakan salah satu kereta peninggalan Sri Sultan HB VII. Kereta ini
ditarik enam ekor kuda dan digunakan oleh manggala yudha atau panglima perang.
Tetapi pada tanggal 18 Oktober 2011 kereta ini digunakan untuk upacara
pernikahan anak bungsu Sultan, sebelumnya pada tahun 2002 juga digunakan untuk
pernikahan anak pertama. Sekarang kereta ini digunakan untuk acara pernikahan
dan usianya sekarang 133 tahun
2. Kareta
Kyai Jolodoro.
Kareta
ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1815 dan merupakan peninggalan Sri Sultan HB IV. Ditarik dua ekor kuda.
Kareta ini digunakan oleh manggala yudha atau panglima perang untuk mengontrol
pasukan barisannya. Usia kareta ini 198 tahun.
3. Kareta
Roto Biru.
Kareta
ini buatan Belanda pada tahun 1901. Peninggalan HB VIII. Kereta ini dinamakan roto biru karena
sesuai dengan warna dan sudah mengalami renovasi. Kareta ini ditarik oleh enam
ekor kuda. Dahulu kareta ini digunakan oleh manggala yudha atau panglima
perang. Dua tahun yang lalu kareta ini digunakan untuk pengiring-pengiring
pengantin yang semuanya menggunakan baju berwarna biru yang disesuaikan dengan
warna kareta.
4. Kyai
Rejo Pawoko.
Kareta
ini dibuat pada tahun 1901 dan merupaka buatan Belanda. Kareta ini adalah
peninggalan Sultan HB VIII dan ditarik oleh empat ekor kuda. Kareta ini
digunakan oleh keluarga-keluarga sultan, pada waktu pernikahan dua tahun lalu dinaiki
oleh adik-adik sultan. Kareta ini sudah mengalami renovasi.
5. Kareta
Landower.
Kareta
ini dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901, buatan Belanda. Dahulu
sempat dipamerkan di Hotel Ambarukmo. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
6. Kareta
Premili.
Kareta
ini dirakit di Semarang pada tahun 1925 dengan spare-part yang didatangkan dari
Belanda. Digunakan untuk menjemput penari-penari Kraton. Ditarik oleh 4 ekor
kuda.
7. Kareta
Kus Sepuluh.
Buatan
Belanda pada tahun 1901 pada masa Sri Sultan HB VIII. Aslinya adalah kareta
Landower dan bisa dipergunakan untuk pengantin. Walaupun bisa dipergunakan
sebagai kareta pengantin namun pada acara pernikahan putri Sri Sultan HB X yang
baru saja kareta ini tidak
dipakai oleh mempelai.
8. Kareta
Kapulitin.
Kereta
ini maerupakan kereta buatan dalam negeri yaitu Yogyakarta pada tahun 1921.
Merupakan kareta untuk pacuan kuda.
Peninggalan Sultan HB VIII, ditarik oleh 1
ekor kuda saja . Kereta
ini digunakan untuk berburu..
9. Kareta
Kyai Kutha Kaharjo.
Kereta
ini buatan Berlin, Jerman pada tahun 1927 danditarik oleh empat ekor kuda. Kereta ini adalah peninggalan Sultan HB VIII dan digunakan
sebagai kendaraan istri Raja dan untuk
mengiringi acara-acara yang diselenggarakan oleh Kraton.
10. Kareta
Kus Gading.
Dibeli
pada masa Sri Sultan HB VIII.
Buatan Belanda pada tahun 1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
11. Kareta
Kyai Puspoko Manik
Kareta
buatan Belanda pada
tahun 1901 yang dipergunakan sebagai pengiring acara-acara Kraton termasuk
untuk pengiring pengantin. Ditarik oleh 4 ekor kuda. Kereta ini adalah
peninggalan Sultan HB VIII. Tahun 2011 kemarin digunakan untuk prosesi tukar
cincin.
12. Kareta
Roto Praloyo.
Merupakan
kareta jenazah yang dibuat pada
tahun
1938. Kereta Roto Praloyo (roto = kereta,
praloyo = meninggal). Kareta inilah yang membawa jenazah Sultan dari Kraton
menuju Imogiri. Ditarik oleh 8 ekor kuda. Kereta ini asli buatan Yogyakarta.
Kereta Roto Praloyo ini sudah dua kali digunakan yaitu ketika meninggalnya
Sultan HB VIII dan Sultan HB IX.
13. Kareta
Kyai Jetayu.
Kereta
ini merupakan peninggalan Sultan HB
VIII.
Buatan Yogyakarta pada tahun 1931. Kereta ini ditarik oleh empat ekor kuda dan
digunakan oleh putri raja untuk menonton pacuan kuda.
14. Kareta
Kyai Harsunaba.
Kereta
ini adalah buatan Belanda dan dibuat pada tahun 1870. Kereta ini peninggalan
Sultan HB VI
dan digunakan oleh pangeran (putra raja dari selir), tidak berhak menggantikan
raja maka simbol mahkota pada kereta kecil. Ditarik oleh 4 ekor
kuda.
15. Kareta
Kyai Wimono Putro.
Dibeli
pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI tahun 1860. Dipergunakan pada saat upacara pengangkatan
putra mahkota. Kondisinya masih asli (warna kayu). Ditarik oleh 6 ekor kuda.
16. Kareta
Kyai Manik Retno.
Kereta
ini adalah buatan Belanda pada tahun 1815. Kereta ini digunakaan untuk pesiar
atau untuk jalan-jalan Sultan dan permaisuri. Kereta ini sudah mengalami
renovasi yaitu pada bagian jok dan atapnya.
17. Kareta
Kanjeng Nyai Jimad.
Merupakan
kereta paling tua dan masih dikarematkan. Kereta ini buatan Belanda pada tahun
1750. Usia kereta ini sudah mencapai 263 tahun, dan pernah digunakan oleh
Sultan HB I sampai Sultan HB
V
untuk pelantikan atau penobatan raja. Kereta ini ditarik oleh delapan ekor kuda
warna putih. Setiap 1 tahun sekali di bulan muharam atau suro, kereta ini
dimandikan dan airnya banyak diperebutkan oleh masyarakat setempat untuk dicari
berkahnya
18. Kareta
Mondro Juwolo.
Kereta
ini adalah buatan Inggris, pada tahun 1800. Kereta ini peninggalan Sultan HB
III, ayah dari Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1825-1830 digunakan untuk perang
melawan Belanda yang ditarik oleh enam ekor kuda. Kereta ini merupakan kereta
anti peluru dan anti bom, apabila di naiki oleh Pangeran Dionegoro. Cat-nya diperbarui pada
saat diadakannya Festival Kraton Nusantara. Fungsinya adalah
sebagai alat transportasi.
19. Kareta
Garudo Yeksa..
Kereta
ini disebut Kereta Kencana. Dihiasi dengan emas 18 karat dan dibuat oleh
Belanda pada tahun 1861. Kereta ini adalah peninggalan dari Sultan HB VI. Kereta Garuda Yeksa
ditarik oleh delapan ekor kuda warna putih dan digunakan untuk pelantikan raja
mulai dari Sultan HB VI
sampai sekarang. Kereta ini sakral karena saat menaiki kereta ini raja tidak
boleh didampingi oleh istri.
20. Kareta
Landower Wisman.
Dibeli
dari Belanda pada tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII dan
direnovasi pada tahun 2003, Dipergunakan sebagai sarana transportasi pada saat
melakukan penyuluhan pertanian. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
21. Kareta
Landower Surabaya.
Kereta
ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1901. Kereta ini ditarik oleh empat ekor
kuda dan sudah mengalami renovasi.
Kareta
ini buatan Swiss dan dipergunakan sebagai sarana transportasi penyuluhan
pertanian di Surabaya.
22. Kareta
Landower.
Kereta
ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1901. Kereta ini ditarik oleh empat ekor
kuda dan sudah mengalami renovasi. Digunakan sesuai dengan namanya yaitu untuk
antar jemput tamu mancanegara.
23. Kyai
Noto Puro.
Kareta
ini buatan Belanda pada tahun 1870,
pada
masa pemerintahan Sri Sultan HB
VII
yang aslinya dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan. Bentuk
fisiknya sudah mengalami renovasi. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Selain koleksi
kareta, kita juga bisa melihat replika pelana yang dipergunakan oleh Sultan,
yaitu Pelana Kyai Cekatha. Pelana Sultan
yang asli mengandung emas dan butiran berlian. Beberapa pelana terbuat dari
kulit macan. Ada juga koleksi pakaian dan aksesori pengendali kuda.
Sebagai sebuah
museum, Museum Kereta Keraton Ngayogyakarta
tentunya memiliki manfaat seperti museum pada umumnya.:
1. Manfaat
Edukatif:
Pendidikan telah menjadi alasan utama hadirnya sebuah museum
ditengah-tengah masyarakat. Dimana museum dijadikan sebagai media pendidikan
dengan metode pembelajaran dan kurikulum yang berbasis edukasi yang mendidik
dan menghibur. Museum memiliki peran dan tanggung jawab sebagai media untuk menyampaikan
pesan tersembunyi dibalik sebuah obyek (koleksi museum) melalui teks dan
informasi lainya seperti dari guide. Pengalaman dan melihat objek secara
langsung menjadi kelebihan tersendiri dan menjadi hal yang menarik yang dapat
kita temukan di museum. Dengan mengunjungi
Museum maka akan mendapatkan pengetahuannya terutama yang berkenaan dengan
benda-benda yang dikoleksi oleh Museum tersebut. Manfaat yang dapat dirasakan saat
kita mengunjungi Museum Kareta Karaton Yogyakarta, kita bisa mendapatkan
informasi dan wawasan mengenai sejarah kareta-kareta keraton di Yogyakarta secara lebih rinci. Hal tersebut dapat menumbuhkan daya kritis dan
kreatifitas untuk membuktikan fakta dan teori yang terdapat dalam buku.
2. Manfaat
inovatif:
Dengan
mengunjungi Museum kita diharapkan mampu menghasilkan ide baru sehingga dapat menghasilkan karya baru yang
bermanfaat. Misalnya
setelah mengunjungi Museum Kareta Karaton Nagyoyakarta dapat di jadikan sumber inspirasi bagi model-model transportasi darat masa
kini dan penggantian tenaga
kuda sebagai penarik kereta pada zaman dahulu dapat digantikan dengan tenaga
mesin mengikuti perkembangan zaman saat ini.
3. Manfaat
Imajinatif:
Dengan mengunjungi museum maka seseorang dapat berimajinasi membayangkan
sesuatu yang berasal dari koleksi museum itu dan dapat mengembangkan
imajinasinya. Manfaat Imaginatif yang didapat setelah mengunjungi museum kereta
adalah kita bisa membayangkan bagaimana keadaan masa lalu. Bahwa pada masa lalu
raja-raja Mataram menggunakan kereta–kereta tersebut untuk berbagai
aktivitasnya. Masing-masing kereta mempunyai fungsi dan kegunaan yang berbeda.
Seperti kereta yang digunkan oleh pangeran Diponegoro saat berperang melawan
Belanda, kita bisa membayangkan seolah-olah kita bisa menyaksikan sendiri
perang tersebut.
4. Manfaat
Rekreatif:
Dengan mengunjungi museum maka seseorang dapat rileks, bersantai dan
melepaskan beban kegiatan sehari-harinya. Dengan
mengunjungi Museum kita bisa belajar sambil berekreasi. Dan dengan kegiatan berfoto-foto bersama
kareta-kareta tersebut. Kita bisa merasa senang dan rileks.
Museum
sebagai tempat penyimpanan dari benda-benda bersejarah pasti meliliki hubungan
dengan hakekat sejarah itu sendiri. Hakekat sejarah bila
dikaitkan dengan Museum Kareta Karaton Ngayogyakarta
:
a.
Sejarah
sebagai peristiwa, maksudnya sejarah itu hanya
sekali terjadi atau sering dikenal dengan einmalig. Semua koleksi yang ada di Museum umumnya
peninggalan dari peristiwa-peristiwa sejarah. Apa yang terjadi pada masa lalu merupakan fakta
sejarah atau kenyataan sejarah dan menjadi peristiwa sejarah. Misalnya cerita mengenai Kareta
Mondro Juwolo yang merupakan Kareta peninggalan Sultan HB III, ayah Pangeran
Diponegoro yang dipakai oleh Pangeran Diponegoro pada waktu perang untuk
melawan Belanda pada tahun 1825-1830. Peristiwa perangnya Pangeran Diponegoro
dalam melawan Belanda tersebut tidak akan terulang kembali.
b.
Sejarah
sebagai Kisah, maksudnya sejarah bisa berulang kembali
namun pasti ada sesuatu
yang berbeda. Misalnya Terdapat didalam
cerita mengenai kegunaan Kareta Roto Praloyo sebagai Kareta Jenazah yang
digunakan untuk membawa jenazah Sultan HB IX ke Makam Raja-raja di Imogiri. Kemungkinan
kejadian ini bisa terulang kembali ketika ada orang kerajaan atau keluarga
Sultan yang meninggal. Selain itu ada juga Kareta Garudo Yekso atau Kareta
Kencono Emas yang ditarik oleh delapan ekor kuda warna putih yang digunakan
untuk pelantikan raja dari Sri Sultan HB VI sampai sekarang .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar