Kamis, 28 November 2013

Sarekat Islam serta Persaingan SI dan ISDV



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Politik etis yang dijalankan oleh pemerintah sejak ahun 1902 mempunyai dampak luas dalam bidang pengajaran. Pemuda Indonesia memaanfatkan kesempatan untuk mengikuti pengajaran kolonial. Angkatan muda banyak yang memiliki prestasi keahlian yang dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan di berbagai bidang Belanda.
Pada tahun 1909 seorang lulusan OSVIA bernama Tirtoadisurjo mendirikan Sarekat dagang Islamiyah di Batavia, kemudian pada tahun 1912 organisasi tersebut mengubah namanya menjadi Sarekat Islam atau yang biasa di kenal dengan SI, Sarekat Islam merupakan gerakan politik di Indonesia yang menonjol sebelum perang Dunia Kedua, dan langsung mengalami perkembangan yang begitu pesat. Pada tahun 1919 SI menyatakan mempunyai anggota 2 juta orang, pada tahun 1915 Sarekat Islam mengalami kemunduran, hilang nya pengaruh dan timbulnya pertentangan interen.
Pertikaian pertama dari serangkaian panjang perselisihan dalam partai ini terjadi pada tahun 1916, ketika itu pemimpin SI di jawa barat melakukan upaya untuk memisahkan cabang Jawa Barat melakukan upaya untuk memisahkan cabang Jawa Barat dan Sumatra Selatan dari bagian lainnya. Upaya ini di gagalkan oleh pengurus besar. Jauh lebih berbahaya adalah perpecahan yang terjadi  Pada tahun 1910-an karena ini adalah petarungan ideology dasar, pertarungan berlaku antara aliran sosialistis-revolusioner dan sayap yang lebih moderat dan orientasinya kepada agama lebih kuat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaiman munculnya organisasi Sarekat Islam?
2.      Bagaimana perkembangan organisasi Sarekat Islam?
3.      Bagaimana munculnya organisasi ISDV?
4.      Bagaiman persaingan SI dan ISDV?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui munculnya organisasi Sarekat Islam.
2.      Mengetahui perkembangan organisasi Sarekat Islam.
3.      Mengetahui munculnya organisasi ISDV.
4.      Mengetahui persaingan SI dan ISDV.


























BAB III
PEMBAHASAN

A.    Munculnya Organisasi  Sarekat Islam
Sebelum menggunakan nama Sarekat Islam, organisasi ini bernama Sarekat Dagang Islam (SDI), yang didirikan oleh Haji Samanhudi di kampung Lawean, Solo pada 1912. Sebenarnya ada pula sebagian pendapat yang mengatkan bahwa SDI telah berdiri pada tahun 1905. Latar belakang berdirinya SI yaitu adanya persaingan antara pedagang Cina dan Jawa, karena perubahan tingkah laku dan arogansi pedagang Cina.  Tujuan Sarekat Islam adalah menghidupkan kembali kegiatan ekonomi pedagang islam Jawa yang diikat dengan agama. Selain itu tujuan utama SI untuk mengembangkan perekonomian berkali-kali ditekankan oleh pemimpin SI terkemukan yaitu Umar Said Cokroaminoto. Dalam pidatonya pada rapat besar di kebun binatang surabaya pada tanggal 26 januari 1913, ia menegaskan bahwa tujuan SI adalah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, memperkuat ekonominya agar mampu bersaing dengan bangsa asing.
Usaha untuk meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa sendiri diterima dengan antusias oleh masyarakat lapisan bawah. Wong cilik mendapat kesempatan untuk memperbaiki kehidupan yang sudah lama dinanti-nantikan. Maka tidak heranlah jika SI menjadi populer dikalangan masyarakat bawah. Dalam waktu kurang dari satu tahun SI sudah tumbuh menjadi organisasi yang sangat berkembang dengan pesat. Karena itu pemerintah Hindia Belanda harus mencermati jejak  SI yang di anggap membahayakan karena mampu mebolisasikan massa.
Mengenai reaksi terhadap makin luasnya keanggotaan SI, Gubernur Jendral Idenburg berpendapat bahwa SI merupakan kenyataan bahwa orang bumi putra mulai memikirkan nasibnya. Dari kalangan Pangreh Praja berpendapat bahwa menerima SI secara wajar, tetapi di pihak lain kehadirannya merupakan ancaman bagi keamanan dan ketertiban. Bupati yang progresif mengharuskan supaya Panrehpraja menduduki jabatan cabang SI sedangakan bupati yang konsevatif akan menolak kehadiran SI dan dianggap mengurangi kewibawaannya dan posisi kekuasaan jadi terancam. Namun pada sebagian orang menganggap SI sangat negatif.
Bupati Cirebon menganagap pemimimpin SI sebagai priayi yang gagal yang dengan membebani perkumpulan bertindak macam-macam. Satu-satunya kemajuan yang di bawa SI menurut mereka adalah orang yang menjadi lebih bersikap sok aksi.
Rinkes bersikap longgar terhadap SI “gerakan bumiputra memang sudah ada”. Orang harus menerimanya, tetapi sebaiknya dengan “jiwa dan sikap agung”. Bagi Idenburg melarang begitu saja tidak ada gunanya, apalagi dengan tekanan penindasan jalan yang terbaik baginya adalah membuat kanalisasi artinya mengurangi desakan kuat sehingga tidak timbul, satu kekuatan besar yang dapat menghancurkan eksistensi pemerintah. Idenburg hanya maumemberi badan hukum pada cabang-cabang SI. Berarti hanya cabang lokal yang di akui secara resmi dan hubungan antar cabang dan kordinasi dari CSI (centar Sarekat Islam) di perlemah.

B.     Perkembangan Organisasi Sarekat Islam
Politik kanalisasi dari Idenburg dapat dikatakan berhasil karna CSI baru diberi pengakuan badan hukum pada bulan Maret 1916 dan keputusan ini diberikanny apada waktu ia hampir berhenti dari jabatannya. Idenburg diganti oleh Gubernur Jendral Van Limburg stirum (1916-1921) yang juga seperti pendahulunya sikap agak simpatik terhadap SI dalam konges SI tahun 1916 Cokroaminoto secara panjang lebar menguraikan perlunya pemerintahan sendiri untuk rakyat Indonesia. Semetara itu persoalan pertahanan India mulai banyak membicarakan kolonial tertentu sehingga terbentuk komite pertahanan Hindia.
Pada bulan Juni 1916 di Bandung diadakan kongres Pertama yang dihadirI oleh 80 SI lokal yang meliputi 360 ribu orang. Sebelum diadakan kongres SI kedua tahun 1917 di Jakarta munculah aliran sosialisrevolusioner yang di wakili oleh Semaun yang pada waktu itu menjadi SI lokal Semarang. Namun kongres itu tetap memutuskan bahwa perjuangan SI mendapatkan zelfbestuur atau pemerintahan sendiri. Selain itu ditetapkan juga asas kedua berupa “stricdtegen overheersing van het zonding kapitalisme” atau perjuangan melawan penjajahan dari kapitalisme yang jahat, sejak itu pula Cokroaminoto dan Abdul Muis mewakili SI dalam dewan rakyat.
Kongres ketiga dilakukan pada tahun 1918 di Surabaya memiliki anggota 450.000 orang yang berasal dari 87 SI lokal. Pengaruh Semaun makin menjalar ketubuh SI. Dikatakannya bahwa pertentagan yang terjadi bukan antara penjajah dan terjajah tetapi juga antara kapitalis dengan buruh.
Kongres SI keempat tahun 1919, SI memperhatikan gerakan buruh atau Sarikat Sekerja (SS), karena SS akan memperkuat kedudukan partai politik dalam menghadap ipemerintahan kolonial. Kemudian trebentuklah persatuan SS yang beranggotakan SS pengadaian, dan SS pegawai pabrik gula, dan SS pegawai kereta api. Setelah terjadinya peristiwa Cimamere dan kasus Afdeling B maka pada akhir tahun 1919 diselenggarakan kongres SI keempat. Sementara itu perjuangan SI tetap ditegakkan dengan landasan perjuangan antar bangsa yang ini berarti perjungan melawan pemerintah kolonial harus terus dilakukan.
Kongres SI kelima pada tahun 1921 Semaun melancarkan kritik terhadap kebijakan SI Pusat sehingga timbul perpecahan. Di satu pihak aliran yang mendambakan aliran ekonomi gogmatis diwakili oleh Semaun dan aliran nasional keagamaan diwakili oleh Cokroaminoto. Kemungkinan dipersatukannya dua aliran itu ialah dengan memformulasikan satu perjuangan SI menentang kapitalisme sebagai debab utama timbulnya penjajahan. Jadi, yang perlu ditantang adalah penjajahan yang disebabkan oleh tindakan kapitalis.
Rupanya gejala perpecahan semakin jelas dan dua aliran itu ternyata tidak dapat dipersatukan. Didalam kongres keenam yang diselenggarakan pada akhir tahun 1921 disetujui adanya disiplin partai. Sebagai akibat dilaksakannya disiplin partai maka Semaun dikeluarkan dari Si karena berlaku kententuan bahwa tidak boleh merangkap dengan anggota partai lain. Dengan demikian terdapt dua aliran SI yaitu: 1) yang berazazkan kebangsaan-keagamaan berpusat di Yogyakarta dan 2) yang berazazkan komunis berpusat di Semarang.
Kongres SI ketujuh yang diselenggarakan pada tahun 1923 di Madiun memutuskan bahwa Sentral Sarekat Islam diganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Selanjutnya ditetapkan berlakunya disiplin partai. Di pihak lain cabang SI yang mendapat pengaruh komunis menyatakan dirinya bernaung dalam Sarekat Rakyat yang merupakan bangunan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI).
Azaz perjuangan PSI adalah nonkoperasi artinya organisasi itu tidak mau berkerjasama dengan pemerintah kolonial, tetapi organisasi itu mngizinkan anggotanya duduk dalam Dewan Rakyat atas nama sendiri. Kongres PSI tahun 1927 menegaskan azaz perjuangannya bahwa tujuannya adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. Karena tujuannya dinyatakan dengan tegas tentang kemerdekaan nasional maka PSI menggabungkan diri dalam Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Nama Psi ditambah dengan “Indonesia” untuk menunjukan tujuan perjuangan kebangsaanya dan kemudian menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) pada tahun 1927. Perubahan nama itu dapat dikaitkan dengan datangnya dr. Sukiman dari Belanda.
Di dalam organisasi PSII terjadi perbedaan pendapat yang di satu pihak diwakili oleh Cokroaminoto menekankan perjuangn kebangsaan. Di pihak lain dr.Sukiman keluar dari organisasi lama dan mendirikan Partai Islam perjungan Islam maka akhirnya dua aliran itu dapat dipersatukan kembali pada 1937. Persatuan dalam PSII hanya berlangsung singkat karena dr.Sukiman memisahkan diri lagi yang diikuti Wiwoho, Kasman Singodimejo, dll.
Pada 1940 Kartosuwiryo mendirikan PSII Kartosuwiryo setelah keluar dari PSII lama. Pada saat Jepang mendarat di Indonesia kekuatan Islam terpecah menjadi beberapa aliran PSII Abikusno, PSII Kartosuwiryo, PII atau PARII dr. Sikiman. Semua aliran itu tidak berdaya pada pendudukan Jepang yang melarang kehidupan partai politik di Indonesia.

C.    Munculnya Organisasi ISDV
Benih-benih marxisme datang dari luar negeri dan mulai ditanamkan di bumi Indonesia pada masa sebelum perang dunia 1, yaitu dengan datangnya seorang pemimpin buruh negeri belanda bernama H.J.F.M Sneevliet. Ia adalah anggota Social Democratische Arbeiderspartij (SDAP) atau Partai Buruh Sosial Demokrat.
Di Indonesia mela-mula ia tinggal di Semarang dan pada tahun 1913 menjadi sekretaris pada Semarangse Handelsvereniging. Bagi Sneevliet tinggal di semarang adalah menguntungkan karena merupakan pusat Vereniging Van Spoor en Tramweg Personeel (VSTP), serikat buruh di indonesia pada waktu itu merupakan suatu perkumpulan yang sudah tersusun baik. Atas pengalamannya ia berhasil membawa VSTP kearah yang lebih radikal.
Pada tanggal 19 Mei 1914 bersama dengan orang sosialis lainnya seperti J.A Brandsteder, H.W. Dekker, dan Bergsma berhasil mendirikan suatu organisasi yang di beri nama Indische Sociaal-Democratische Vereneging (ISDV). Sneevliet dan kawan-kawan merasa ISDV tidak dapat berkembang karena tidak berakar di dalam masyarakat indonesia. Oleh karena itu, mereka menganggap akan lebih efektif untuk bersekutu dengan gerakan yang lebih besar yang dapat bertindak sebagai jembatan kepada masyarakat indonesia.

D.    Hubungan SI dengan ISDV
Mula-mula bersekutu dengan Insulinde yang mempunyai  anggota lebih besar daripada ISDV. Akan tetapi karena tidak memenuhi sasaran tujuan ISDV, Sesudah satu tahun kerjasama itu bubar. Sasaran selanjutnya dialihkan ke Sarekat Islam yang pada masa itu (1916) mempunyai ratusan ribu anggota dan merupakan suatu gerakan raksasa di dalam pergeraan nasional indonesia dengan menggunakan taktik infiltrasi yang di kenal dengan nama “blok di dalam”, ISDV berhasil menyusup kedalam SI. Caranya ialah dengna menjadikan anggota ISDV menjadi anggota SI dan sebaliknya. Dalam waktu satu tahun Sneevliet dan kawan-kawannya telah mempunyai pengaruh  Mereka  meang kuat dikalangan anggota-anggota SI. Mereka memperkuat pengaruhnya dengan jalan menunggangi keadaan buruk akibat perang dunia I dan panen padi yang jelek serta ketidak puasan buruh perkebunan sebab upah yang rendah dan membumbungnya harga.
Ada beberapa hal yang menyebabkan berhasilnya ISDV melakukan infiltrasi kedalam tubuh SI:
1.      Central Sarekat Islam (CSI) sebagai badan koordinasi pusat masih sangat lemah kekuasaanya. Tiap-tiap canbang SI bertindak sendiri-sendiri secara bebas. Para pemimpin lokal yang kuat mempunyai pengaruh yang menentukan di dalam SI cabang.
2.      Kondisi kepartian pada masa itu memungkinkan orang untuk sekaligus menjadi anggota lebih dari satu partai. Hal ini disebabkan pada mulanya organisasi-organisasi itu didirikan bukan sebagai suatu partai politik melainkan sebagai suatu organisasi guna mendukung berbagai kepentingan sosial budaya dan ekonomi. Dikalangan kaum tepelajar menjadi kebiasaan bagi stiap orang untuk memasuki berbagai macam organisasi yang dianggapnya dapat membantu kepentingan.
Kemudian Sneevliet dan kawan-kawan berhasil mengambil alih beberapa pemimpin muda SI menjadi pemimpin ISDV. Yang terpenting antara pemimpin muda itu adalah Semaun dan Darsono yang pada tahun 1916 menjadi anggota SI cabang Surabaya yang pada waktu itu menjadi pusat CSI. Tidak lama kemudian Semaun pindah ke semarang yang pada saat itu telah mendapat pengaruh kuat dari ISDV. Akan tetapi karena orientasinya marxistis, dibawah pengaruh ISDV mereka menjadi lawan CSI yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto. SI Semarang menyerang CSI sama sengitnya seperi mereka menyerang pemerintah kolonial dan kapitalis asing. Oleh karena campur tangan ISDV dalam pertikaian antara CSI dan SI semarang, dalam kongresnya bulan oktober 1917 SI memutuskan untuk menghentikan segala hubungan dengan ISDV.

























BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sarekat Islam muncul dilatarbelakangi adanya adanya persaingan antara pedagang Cina dan Jawa, karena perubahan tingkah laku dan arogansi pedagang Cina  Tujuan Sarekat Islam adalah menghidupkan kembali kegiatan ekonomi pedagang islam Jawa yang diikat dengan agama. Tujuan utama SI untuk mengembangkan perekonomian berkali-kali ditekankan oleh pemimpin SI terkemukan yaitu Umar Said Cokroaminoto. Sarekat Islam mengalami perkembangan setelah beberapa kali melakukan kongres. Puncaknya pada kongres kelima SI terjadi perbedaan pendapat disatu pihak aliran yang mendambakan aliran ekonomi gogmatis diwakili oleh Semaun dan aliran nasional keagamaan diwakili oleh Cokroaminoto.
Kongres SI ketujuh memutuskan bahwa Sentral Sarekat Islam diganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Selanjutnya ditetapkan berlakunya disiplin partai. Di pihak lain cabang SI yang mendapat pengaruh komunis menyatakan dirinya bernaung dalam Sarekat Rakyat. 
Pada tanggal 19 Mei 1914 bersama dengan orang sosialis lainnya seperti J.A Brandsteder, H.W. Dekker, dan Bergsma berhasil mendirikan suatu organisasi yang di beri nama Indische Sociaal-Democratische Vereneging (ISDV). Sneevliet dan kawan-kawan merasa ISDV tidak dapat berkembang karena tidak berakar di dalam masyarakat indonesia. Sneevliet berhasil mengambil alih beberapa pemimpin muda SI menjadi pemimpin ISDV. Akan tetapi karena orientasinya marxistis, dibawah pengaruh ISDV mereka menjadi lawan CSI yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto. Bulan oktober 1917 SI memutuskan untuk menghentikan segala hubungan dengan ISDV.







DAFTAR PUSTAKA

Suhartono. 2009. Sejarah Pergerakan Nasinal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ricklefs, M.C. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Moedjanto. 1988. Indonesia Abad Ke-20 djilid  I. Yogyakarta: Kanisius.
Nugroha notosusanto, Dkk. 2009. Sejarah Nasional Indonesia Djilid 5. Jakarta: Balai Pustaka.
A.P.E.Korver. 1985. Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil. Jakarta: Temprit.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar