Selasa, 07 Januari 2014

Cerita 'Ayam Kampus', Gundik Terdidik


Fenomena pergundikan di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial Belanda.  Hal itu muncul karena kebanyakan laki-laki eropa yang datang ke Indonesia pada waktu itu tidak membawa serta istrinya.  Pergundikan mulai surut pada saat Jepang masuk ke Indonesia. Namun fenomena pergundikan tidak lantas hilang begitu saja, pada masa sekarang masih banyak ditemui praktek pergundikan di Indonesia seperti adanya kumpul kebo, kawin kontrak, istri simpanan, Ayam Kampus dan praktek prostitusi lainnya.
Paktek prostitusi pada masa kini memiliki bentuk yang beragam, bukan hanya prostitusi terbuka seperti Gang Dolly atau Pasar Kembang, namun banyak juga yang beroperasi di salon-salon atau bahkan mangkal di pinggir jalan. Namun fenomena yang sekarang muncul adalah menjadi panggilan Om-om, praktek seperti ini biasanya dilakukan oleh para ABG termasuk juga mahasiswi yang lebih dikenal sebagai “Ayam Kampus”. Ironisnya penghasilan yang didapatkan ABG yang menjadi peliharaan OM-om sangat besar, hal ini menjadi salah satu alasan mengapa praktek ini terus ada bahkan makin berkembang.
Fenomena semacam ini mengingatkan kita pada fenomena prostitusi pada masa kolonial Belanda dulu, pergudikan menjadi salah satu prostitusi yang berkembang pada masa kolonial. Seorang Belanda biasa memelihara wanita sebagai alat untuk menyalurkan hasrat biologisnya, meskipun sangwanita ditempatkan serumah dengan si tuan namun tetap saja sang wanita tidak di nikahi. Pada masa kolonial kedudukan gundik dalam bidang ekonomi memiliki derajat yag lebih tinggi dibandingkan dengan wanita pribumi lainnya, namun dari segi psikologis dan moralitas mereka hanya dianggap sebagai wanita rendahan oleh masyarakat lainnya. Hal itu juga tidak jauh beda dengan masa sekarang, mereka yang berprofesi sebagi pekerja seksual juga akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat di lingkungannya.
Kebanyakan faktor ekonomi menjadi latar belakang seseorang akhirnya memutuskan untuk menjadi pekerja seksual. Latar belakang tersebut tidak jauh beda dengan para Nyai yang rela menjadi gundik laki-laki Eropa pada masa kolonial. Pada masa itu mereka rela menjadi gundik juga karena kondisi ekonomi Indonesia yang sangat memprihatinkan apalagi Indonesia pada saat itu dibawah pemerintah kolonial Belanda yang berlaku sewenang-wenang sehingga mnyengsarakan rakyat. Namun pada masa sekarang faktor ekonomi tidak menjadi alasan satu-satunya, meskipun banyak diantara mereka yang mengaku terpaksa menjadi pekerja seksual karena tekanan ekonomi. Terkadang mereka rela menjadi pekerja seksual atau Ayam Kampus hanya karena untuk memenuhi gaya hidup, atau dengan kata lain agar bisa mempunyai segala barang yang branded dan up to date. Terkadang ada juga yang rela  menjadi ayam kampus hanya karena tidak mampu menahan desakan biologisnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar