Selasa, 07 Januari 2014

Percaturan Ideologi dalam Tubuh Sarekat Islam Pertentangan antara SI Putih dan SI Merah Tahun 1917-1920



Awal abad ke 20 merupakan lahirnya pergerakan Nasional di Indonesia. Perlakuan sewenang-wenang dari pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia telah melahirkan perkumpulan-perkumpulan yang nantinya akan menentang pemerintah Belanda. Dalam merealisasikan cita-cita perbaikan hidup bangsa Indonesia, usaha itu disalurkan melalui organisasi-organisasi modern seperti Budi Utomo (BU), Indische Partij (IP), Sarekat Islam (SI) dan lainnya.
Pada awal 1911 di Surakarta berdiri perkumpulan bernama Sarekat Dagang Islam.[1] Organisasi ini didirikan atas prakarsa H. Samanhudi, seorang pengusaha batik di kampung Lawean (Solo).[2] Untuk memperoleh pengakuan dari pemerintah, H. Samanhudi meminta bantuan kepada Raden Mas Tirto Adhisoerjo untuk menempatkan organisasinya sebagai cabang dari Sarekat Dagang Islam (SDI) di Bogor.[3] Tujuan utamanya yaitu menghidupkan kembali ekonomi pedagang Islam Jawa dalam menyikapi permainan pedagang-pedagang Cina yang dirasa sangat merugikan bagi pedagang-pedagang pribumi. Orang-orang Cina merasa lebih unggul dibanding orang-orang pribumi, bahkan merasa setingkat dengan orang Belanda. Tekanan lain terhadap para saudagar batik datang dari kaum bangsawan Solo. Maka Sarekat Dagang Islam diharapkan menjadi benteng pelindung para saudagar batik dari tekanan pedagang Cina dan kalangan bangsawan Solo.
Sarekat DagangIslam baru diakui keberadaannya oleh pemerintah kolonial pada akhir tahun 1911, dengan syarat organisasi ini tidak boleh mengadakan rapat-rapat umum. Setahun kemudian H. Samanhudi meminta pertolongan kepada H.O.S. Cokroaminoto seorang pegawai pada sebuah perusahaan dagang di Surabaya untuk menyusun anggaran dasar Sarekat Dagang Islam. H.O.S. Cokroaminoto menyarankan agar organisasi Sarekat Dagang Islam tidak hanya pada golongan pedagang Islam saja, tetapi lebih diperluas lagi meliputi seluruh kegiatan dalam masyarakat dan seluruh golongan dalam masyarakat.[4] Sarekat Dagang Islam diubah menjadi Sarekat Islam (SI) setelah H.O.S. Cokroaminoto masuk dalam organisasi tersebut. Pada tanggal 14 september 1912 H.O.S. Cokroaminoto mengajukan anggaran dasar Sarekat Islam kepada pemerintah untuk dimintakan persetujuan. Tujuan organisasi dan anggaran dasarnya ialah memajukan jiwa dagang dikalangan bumiputra dengan cara memajukan kebutuhan spiritual dan material, kemudian memajukan kehidupan agama Islam dikalangan rakyat bumiputra.
Perubahan nama dan tujuan dari Sarekat DagangIslam menjadi Sarekat Islam, mengakibatkan organisasi Sarekat Islam mengalami perkembangan pesat. Ditandai dengan berdirinya Cabang Sarekat Islam lain yang  berdiri di berbagai daerah di Jawa maupun di luar Jawa. Hal ini mengakibatkan kekhawatiran pemerintah kolonial bahwa pengaruh Sarekat Islam dapat menyebabkan kewibawaan pemerintah kolonial menjadi merosot.[5] Pada dasarnya organisasi Sarekat Islam mencurahkan perhatian di bidang ekonomi dan melindungi rakyat pribumi. Dalam perjalanan selanjutnya setelah dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto organisasi ini meluaskan kegiatannya, yaitu ke bidang keagamaan, sosial, pendidikaan, dan bahkan bergerak dalam bidang politik dengan tujuan untuk membebaskan bangsa pribumi dari penjajah. Setelah kongres di Surabaya Sarekat Islam berkembang dengan pesat, permintaan H.O.S. Cokroaminoto agar Sarekat Islam diakui sebagai badan hukum ditolak oleh Gubernur Jendral Idenburg.
Ditegah-tengah perkembangan Sarekat Islam, pada bulan Februari 1913 seorang tokoh perburuhan Belanda, Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet datang ke Indonesia. Sneevliet datang ke Indonesia dengan tujuan untuk mencari pekerjaan ia mendapat pekerjaan sebagai staf editor Soerabajaasch Handelsblad, suatu surat kabar yang menjadi corong industri gula di Surabaya. Setahun kemudian Sneevliet pindah ke semarang untuk bekerja disana. Pada tanggal 9 Mei 1914 Sneevliet mendirikan ISDV (Indische Social Democratische Vereeniging) di Semarang. SI yang mengalami perkembangan pesat, kemudian mulai disusupi oleh paham sosialisme revolusioner. Pada tahun 1915 di Surabaya Semaun bertemu dengan Sneevliet seseorang yang sangat berperan dalam memperkenalkan paham komunisme kepada kalangan pergerakan nasional. Atas dasar latar belakang itulah Semaun tertarik untuk menjadi aktivis ISDV dan VSTP.
Pada tanggal 6 Mei 1917 Sarekat Islam Semarang mengalami perubahan pengurus baru dengan terpilihnya Semaun sebagai ketua. Dibawah pimpinan Semaun para pendukung Sarekat Islam Semarang berasal dari kalangan buruh dan rakyat kecil.[6] Namun, karena orientasi yang terlalu kiri di bawah pengaruh ISDV, SI Semarang malah menjadi lawan bagi CSI yang dipimpin HOS Tjokroaminoto. Oleh karena hal tersebut dalam konggres SI bulan Oktober 1917, SI memutuskan untuk menghentikan segala macam hubungan dengan ISDV. Meskipun hubungan ISDV dan SI telah dihentikan tahun 1917 namun kaderisasi yang dilakukan Sneevliet di tubuh SI terbukti berhasil dan masih tertanam. Terbukti dengan masih adanya jiwa sosialis didalam tubuh SI pasca tahun 1917.  
Pada konggres SI tanggal 6-10 Oktober 1921 pertentangan makin memuncak. Desakan dari golongan kanan agar ditetapkannya disiplin partai yang melarang keanggotaan rangkap. Sebagai akibat dilaksakannya disiplin partai maka Semaun dikeluarkan dari SI karena berlaku kententuan bahwa tidak boleh merangkap dengan anggota partai lain.[7] Anggota SI harus memilih antara SI atau organisasi lain, dengan tujuan agar SI bersih dari unsur-unsur komunis. Hal itu menyebabkan perpecahan dalam tubuh Sarekat Islam. Sarekat Islam Putih adalah istilah yang digunkan untuk menyebut Sarekat Islam yang berasaskan kebangsaan dan keagamaan yang dipimpin oleh H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis, dan Agus Salim berpusat di Yogyakarta. Sedangkan Sarekat Islam Merah adalah istilah untuk Sarekat Islam yang berasaskan sosialis revolusioner (komunis), yaitu Semaun dan Darsono yang berpusat di Semarang.[8] Kelompok SI Merah inilah yang kemudian menjadi penyokong utama munculnya Partai Komunis Indonesia di Hindia pada tahun 1920. Pada bulan April 1924 SI Merah berganti nama menjadi Sarekat Rakyat.


[1] Sarekat Dagang Islam merupakan kelanjutan dari perkumpulan Rekso Rumekso yang didirikan oleh H. Samanhudi. Rekso Rumekso adalah perkumpula ronda para perajin batik lawean untuk menjaga kain batik yang sedang dijemur dari pecurian yang dilakukan para ketjoe (pencuri)
[2] DR. Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasinal: Dari Budi Utomo Sampai Proklamasi 1908-1945. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hlm.33.
[3] A.P.E. Korver, Sarekat Islam Gerakan Ratu Adil. Jakarta: Grafitipers, 1985, hlm.13.
[4] Ibid., hlm.63.
[5] Suhartono , loc.Cit.,  hlm..
[6] Soe Hok Gie, Dibawah Lentera Merah: Riwayat Sarekat Islam Semarang 1917-1920, Yogyakarta : Bentang, 2005, hlm. 6.
[7] Zainul Munasichin, Berebut Kiri, Pergulatan Marxisme Awal Di Indonesia 1912-1926, Yogyakarta: LKIS, 2005, hlm. 8
[8] Cahyo Budi Utomo, Dinamika Pergerakan Kebangsaan Indonesia.  Semarang: Ikip Semarang Press, 1995, hlm. 67.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar