RINGKASAN BUKU
METODOLOGI SEJARAH
Karya : Kuntowijoyo
1.
Penulisan
Sejarah di Indonesia
Historiografi Indonesia modern baru dimulai sekitar tahun
1957, waktu diselenggarakannya Seminar Sejarah Nasional Indonesia Pertama di
Yogyakarta. Banyak perubahan yang telah terjadi pada tahun-tahun setelah 1970,
tidak saja dalam arti pemikiran tentang bagaimana sejarah seharusnya ditulis,
tetapi juga kegiatan dalam arti yang konkret, seperti diwujudkan dalam
perkembangan kelembagaan, ideologi, dan substansi sejarah. Sejarawan
akademislah satu-satunya kelompok yang dengan sadar menyebut diri sebagai sejarawan.
Merekalah yang diundang dalam seminar-seminar sejarah dan kegiatan lain yang
mengandung tujuan sejarah. Mengenai pendidikan sejarawan ada kemajuan dalam dua
dasawarsa terakhir. Sejak adanya Seminar Sejarah nasional kedua, beberapa
makalah sudah menunjukkan minat yang besar pada pendekatan ilmu sosial dan
analitik untuk menjelaskan kejadian-kejadian sejarah. Dan dari hasil kerja
Seminar-seminar setelah itu menarik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
untuk memprakarsai sebuah seminar lain, yang secara sadar ingin menggunakan sejarah
untuk kepentingan pengambilan keputusan yang akan mempertemukan sejarawan
dengan ilmuwan sosial untuk membicarakan soal relevansi sejarah dan
pembangunan. Usaha tersebut dapat diartikan sebagai jalan agar sejarah harus menjadi
bagian dari pengetahuan kolektif yang menjelaskan kesinambungan dan perubahan
di Indonesia untuk kepentingan pembangunan.
2.
Sejarah
Lisan
Penulisan
sejarah nasional Indonesia telah menempuh berbagai jalan, salah satunya adalah
usaha untuk menyelenggarakan sejarah lisan. Sejarah lisan tidak didapatkan
tetapi dicari dengan kesengajaan melalui teknik wawancara.
Sejarah
lisan mempunyai banyak kegunaan. Sejarah lisan sebagai metode dapat digunakan
secara tunggal dan dapat pula sebagai bahan dokumenter. Sebagai metode tunggal
sejarah lisan tidak kurang pentingnya jika dilakukan dengan cermat. Sebagai
metode pelengkap terhadap bahan dokumenter sejarah lisan sudah lama
dipergunakan. Selain sebagai metode, sejarah lisan dapat dipergunakan sebagai
sumber sejarah. Kegiatan penyediaan sumber berbeda dengan sejarah lisan sebagai
metode dalam hal bahwa yang pertama kegiatan dilakukan secara terpisah dari penulisan,
sedangkan dalam hal yang kedua pemakai sejarah lisan ialah pewawancara sendiri.
Kegiatan sejarah lisan sebagai penyediaan sumber dimulai oleh Arsip Nasional RI
sejak 1973. Sejarah lisan juga mempunyai sumbangan terbesar dalam mengembangkan
substansi penulisan sejarah. Sumbangan sejarah lisan dalam penulisan sejarah
yang lebih egalitarian tampak dalam kemampuannya untuk menjangkau pelaku-pelaku
dengan peranan kecil. Selain itu, sejarah lisan juga mempunyai sumbangan dalam
penulisan sejarah keluarga dalam arti sejarah kelembagaan dan juga dapat
berarti sejarah trah.
Prospek
sejarah lisan yang sudah kita miliki adalah Arsip Nasional yang memang selama
ini mengurus sejarah lisan sebagai salah satu kegiatannya. Kiranya pemerintah
daerah juga dapat menunjang usaha Arsip Nasional melalui arsip daerah
3.
Sejarah
Sosial
Sejarah
sosial mempunyai garapan yang sangat luas dan beraneka ragam. Tema yang dapat
digarap oleh sejarah sosial ialah sejarah sebuah kelas sosial, tentang
peristiwa-peristiwa sejarah, institusi sosial, dan lain-lain. Untuk melukiskan
sebuah sistem sosial dari suatu kurun sejarah ada 2 model, yaitu model yang
bersifat sinkronis dan diakronis. Dalam sebuah model yang bersifat sinkronis,
masyarakat digambarkan sebagai sebuah sistem yang terdiri dari struktur dan
bagiannya. Model diakronis menawarkan bukan saja sebuah struktur dan fungsinya,
melainkan suatu gerak dalam waktu dari kejadian-kejadian yang konkret harus
menjadi tujuan utama dari penulisan sejarah. Beberapa contoh model yang telah
dipakai sejarawan dalam merekonstruksikan masa lalu yaitu:
a. Model
evolusi, menunjukkan jenis penulisan yang melukiskan perkembangan sebuah
masyarakat itu berdiri sampai menjadi sebuah masyarakat yang kompleks.
b. Model
lingkaran sentral, tidak menulis mengenai kota atau masyarakat dari awal,
tetapi dari titik yang sudah menjadi.
c. Model
interval, merupakan kumpulan dari lukisan sinkronis yang diurutkan dalam
kronologis sehingga tampak perkembangannya, sekalipun tidak tampak benar
hubungan sebab akibat.
d. Model
tingkat perkembangan, adalah penerapan dari teori perkembangan masyarakat yang
diangkat dari sosiologi.
e. Model
jangka panjang-menengah-pendek. Braudel membagi sejarah dalam tiga macam
keberlangsungan. Pertama, ialah sejarah jangka panjang yang perubahannya sangat
panjang. Kedua, ialah perkembangan yang lamban, tetapi dapat dirasakan
ritmenya. Ketiga, ialah sejarah jangka pendek, yaitu sejarah dari
kejadian-kejadian.
f. Model
sistematis, sangat sesuai untuk menelusuri sejarah sosial dalam srti perubahan
sosial
4.
Sejarah
Kota
Dengan
tumbuhnya kota tidak berarti hilangnya rural-urban
continuum atau folk-urban continuum,
dan sekaligus terjadi rural-urban
contitrast secara menyeluruh. pemisahan sejarah ekologis antara desa dengan
kota tidak terjadi dalam pola pemukiman kota praindustrial. Tata kota tidak
lahir karena maksimisasi teknologi atau ekonomi, tetapi karena suatu pola
sosio-kultural. Beberapa bidang garapan sejarah kota, yaitu: bidang ekologi
kota, transformasi sosial ekonomis, sistem sosial, problema sosial, mobilitas
sosial, dan lain-lain
5.
Sejarah
Desa.
Pengertian
sejarah pedesaan dibedakan menjadi 2. Pertama, sejarah pedesaan ialah sejarah
dalam arti yang seluas-luasnya. Disini dimensi waktu menjadi sangat penting,
sebab perubahan ialah sebuah proses dalam waktu. Kedua, sejarah pedesaan ialah
sejarah yang sangat khusus meneliti tentang desa atau pedesaan, masyarakat
petani, dan ekonomi pertanian.
Desa
atau pedesaan sebagai bidang penelitian tentu dapat dimasukkan dalam satuan
tertentu. Dalam sejarah pedesaan, desa dapat dimasukkan dalam satuan-satuan:
a. Satuan
ekosistem, ialah hasil perpaduan antara aktifitas manusia, keadaan biologis dan
proses fisik
b. Satuan
geografis, terdapat berbagai macam hubungan antar pedesaan.
c. Satuan
ekonomis dapat atau tidak menjadi bagian dari satuan geografis, dan sebaliknya.
d. Satuan
budaya, dalam hubungan dengan persoalan adat, satuan penelitian pedesaan dapat
berupa daerah hukum adat atau suatu cultural area.
Permasalahan
pedesaan sebenarnya sama saja dengan menguraikan sejarah pada umumnya.
Permasalahan dalam sejarah pedesaan dapat digolongkan ke dalam berbagai
kelompok:
a. Bangunan
fisik, sejarah bangunan fisik pedesaan belum banyak mendapat perhatian dari
sejarawan, sekalipun dalam sumber-sumber tradisional dan Belanda banyak
keterangan mengenai pedesaan.
b. Satuan
sosial, satuan sosial di lingkungan desa dan masyarakat petani sangat kaya
dengan permaasalahan sejarah.
c. Lembaga
sosial, termasuk disini lembaga pemerintahan, keagamaan, politik, ekonomi,
sosial, dll.
d. Hubungan
sosial, yaitu masalah stratifikasi, integrasi, konflik, mobilitas sosial,
migrasi, dan hubungan desa-kota.
e. Gejala
psiko-kultural, pengaruh kota ke desa mulai kuat. Nilai, norma, dan simbol yang
melekat pada masyarakat desa mulai kehilangan makna.
6.
Sejarah
Ekonomi Pedesaan
Ekonomi
pedesaan sebagai sebuah kategori dalam sejarah ekonomi,ialah:
a. Dalam
bidang produksi, masyarakat terlibat dalam produksi agraris
b. Penduduknya
harus lebih dari separuhnya terlibat dalam pertanian
c. Ada
kekuasaan negara dan lapisan penguasanya
d. Ada
pemisahan antara desa dengan kota, jadi ada kota-kota dengan ltar belakang
desa-desa
e. Satuan
produksinya ialah keluarga rumah tangga petani
Faktor-faktor
ekonomi pedesaan meliputi tanah, kerja, kapital, upah, harga, dan sewa. Peranan
dari masing-masing faktor itu berbeda, terletak dalam konsep tentang apa yang
menjadi modal utama sebuah sistem.
7.
Sejarah
Wanita: dari Sejarah Androcentric ke Sejarah Androgynous
Sejarah
wanita dilakukan dengan pendekatan sejarah sosial. Pertama, pendekatan sejarah
keluarga yang akan memperkaya pengetahuan kita tentang masyarakat di masa
lampau. Kedua, pendekatan sejarah kebudayaan. Ketiga, pendekatan politik.
Ketiga pendekatan itu menunjukkan keragaman dalam sejarah wanita. Ada pula
tema-tema dalam sejarah wanita, yaitu:
a. Peranan
wanita dalam berbagai sektor sosial-ekonomi
b. Biografi
atau prosopografi wanita yang mempunyai konotasi kemandirian
c. Gerakan
wanita
d. Gambaran
wanita
e. Sejarah
keluarga, dimana kedudukan wanita dalam keluarga biasanya tampak dalam sejarah
keluarga
f. Budaya
wanita
g. Hubungan
laki-laki dan wanita
h. Kelompok-kelompok
wanita
i.
Entisitas, muncul
mengingat setidaknya masalah adat merupakan kendala yang perlu diperhitungkan
jika kita ingin berbicara tentang sejarah wanita
j.
Ekonomi
k. Penerbitan
sumber, dll.
8.
Sejarah
Kebudayaan
Banyak
cara telah dilakukan oleh sejarawan kebudayaan dalam mendekati objeknya. Buku
Karl J. Weintraub, Visions of Culture
memuat tradisi historiografi kebudayaan dari sejarawan Eropa, seperti
pendekatan-pendekatan Voltaire, Guizot, Burckhardt, Lamprecht, dan Huizinga.
Voltaire (1694-1778) mencoba untuk mengungkapkan esprit humain. Guizot
(1787-1874) berusaha mencari apa yang disebut sebagai “Akal dan Kehendak
Tertinggi”. Burckhandt (1818-1897) berusaha mencari struktur dan tata dalam
sejarah kebudayaan. Lamprecht (1856-1915) melanjutkan pandangan sejarawan zaman
Pencerahan yang melihat sejarah sebagai kisah kemajuan dan sejarah sebagai ilmu
“genetik” juga mewarisi tradisi Romantik tentang Volk dan Volkqeist,
bangsa dan jiwa bangsa. Huizinga (1872-1945) juga menyebut-nyebut kebudayaan
sebuah struktur, sebuah bentuk.
9.
Seminar
Sejarah Lokal, 1984
Penulisan
sejarah Indonesia telah diperkaya dengan adanya Seminar Sejarah Lokal, 17-20
September 1984 di Medan. Dalam Seminar itu telah dikemukakan lima tema pokok,
yaitu: (1) Dinamika masyarakat pedesaan, (2) Pendidikan sebagai faktor
dinamisasi dan integrasi sosial, (3) Interaksi antar suku bangsa dalam
masyarakat majemuk, (4) Revolusi nasional di tingkat lokal, (5) Biografi tokoh
lokal. Kita melihat bahwa sejarah lokal dalam bentuknya yang mikro telah tampak
dasar-dasar dinamikanya, sehingga peristiwa-peristiwa sejarah dapat diterangkan
melalui dinamika internal yang tiap daerah mempunyai kekhasan sendiri yang
otonom. Kita sudah melihat adanya pendekatan interdisipliner yang membuka
kemungkinan-kemungkinan baru dalam historiografi, berupa pembukaan tema-tema
baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar