A. Pembentukan Gerakan Ikhwanul Muslimin
Pada bulan Dzulqa’dah 1347 H yang bertepatan dengan Maret 1928, enam orang dari pengikutnya mendatangi rumahnya, membai’atnya demi beramal untuk Islam dan sama-sama bersumpah untuk menjadikan hidup mereka untuk dakwah dan jihad. Dengan itu muncullah tunas pertama gerakan Ikhwanul Muslimin. Selang empat tahun, dakwahnya meluas, sehingga ia pindah ke ibukota Kairo, bersama markas besar Ikhwanul Muslimin. Dengan bergulirnya waktu, jangkauan dakwah semakin lebar. Kini saatnya bagi Al-Banna untuk mengajak anggotanya melakukan jihad amali. Dengan situasi yang ada saat itu, ia membentuk pasukan khusus untuk melindungi jamaahnya. Pada tahun 1942 M, Hasan Al-Banna menetapkan untuk mencalonkan dirinya dalam pemilihan umum, tapi ia mencabutnya setelah maju, karena ada ancaman dari Musthafa Al-Basya, yang waktu itu menjabat sebagai pimpinan Al-Wizarah (Perdana Menteri, ed.). Dua tahun kemudian, ia mencalonkan diri kembali, namun Inggris memanipulasi hasil pemilihan umum.
Setelah wafatnya Hasan al-Banna, kepemimpinan selanjutnya, Ikhwanul Muslimin dinahkodai oleh: Hassan al-Hudhaibi (حسن الهضيبي)(1949 - 1972), Umar Tilmisani (عمر التلمساني)(1972 - 1986), Muhammad Hamid Abu Nasr (محمد حامد أبو النصر)(1986 - 1996), Mustafa Masyhur (مصطفى مشهور)(1996 - 2002), Ma'mun al-Hudhaibi (مأمون الهضيبي)(2002 - 2004), dan Muhammad Mahdi 'Akif (محمد المهدى عاكف)( - 2004).
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Jama'ah Ikhwanul Muslimin
Dari berbagai sumber yang ada, pertumbuhan dan perkemabangan jama'ah Ikhwannul Muslimin saat masa hasan al-Banna dan pasca setelahnya, dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Periode Awwal
Jamaah Ikhwanul Muslimin berdiri di kota Ismailiyah, Mesir pada Maret 1928 dengan pendiri Hassan al-Banna, bersama keenam tokoh lainnya, yaitu Hafiz Abdul Hamid, Ahmad al-Khusairi, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Hasbullah, Ismail Izz dan Zaki al-Maghribi. Ikhwanul Muslimin pada saat itu dipimpin oleh Hassan al-Banna. Pada tahun 1930, Anggaran Dasar Ikhwanul Muslimin dibuat dan disahkan pada Rapat Umum Ikhwanul Muslimin pada 24 September1930. Pada tahun 1932, struktur administrasi Ikhwanul Muslimin disusun dan pada tahun itu pula, Ikhwanul Muslimin membuka cabang di Suez, Abu Soweir dan al-Mahmoudiya. Pada tahun 1933, Ikhwanul Muslimin menerbitkan majalah mingguan (al-Mushowwir ) yang dipimpin oleh Muhibuddin Khatib.
2. Perkembangan 1930-1948
Kemudian pada tahun 1934, Ikhwanul Muslimin membentuk divisi Persaudaraan Muslimah . Divisi ini ditujukan untuk para wanita yang ingin bergabung ke Ikhwanul Muslimin. Walaupun begitu, pada tahun 1941 gerakan Ikhwanul Muslimin masih beranggotakan 100 orang, hasil seleksi dari Hassan al-Banna. Pada tahun 1948, Ikhwanul Muslimin turut serta dalam perang melawan Israel di Palestina. Saat organisasi ini sedang berkembang pesat, Ikhwanul Muslimin justru dibekukan oleh Muhammad Fahmi Naqrasyi, Perdana Menteri Mesir tahun 1948. Berita penculikan Naqrasyi di media massa tak lama setelah pembekuan Ikhwanul Muslimin membuat semua orang curiga pada gerakan Ikhwanul Muslimin.
3. Periode 1950-1970
Secara misterius, pendiri Ikhwanul Muslimin, Hassan al-Banna meninggal dunia karena dibunuh pada 12 Februari 1949 . Kemudian, tahun 1950, pemerintah Mesir merehabilitasi organisasi Ikhwanul Muslimin. Pada saat itu, parlemen Mesir dipimpin oleh Mustafa an-Nuhas Pasha. Parlemen Mesir menganggap bahwa pembekuan Ikhwanul Muslimin tidak sah dan inkonstitusional. Ikhwanul Muslimin pada tahun 1950 dipimpin oleh Hasan al-Hudhaibi. Kemudian, tanggal 23 Juli 1952, Mesir dibawah pimpinan Muhammad Najib bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin dalam rencana menggulingkan kekuasaan monarki Raja Faruk pada Revolusi Juli. Tapi, Ikhwanul Muslimin menolak rencana ini, dikarenakan tujuan Revolusi Juli adalah untuk membentuk Republik Mesir yang dikuasai oleh militer sepenuhnya, dan tidak berpihak pada rakyat. Karena hal ini, Jamal Abdul Nasir menganggap gerakan Ikhwanul Muslimin menolak mandat revolusi. Sejak saat ini, Ikhwanul Muslimin kembali dibenci oleh pemerintah.
4. Periode 1970-sekarang
Ketika Anwar Sadat mulai berkuasa, anggota Ikhwanul Muslimin yang dipenjara mulai dilepaskan. Menggantikan Hudhaibi yang telah meninggal pada tahun 1973, Umar Tilmisani memimpin organisasi Ikhwanul Muslimin. Umar Tilmisani menempuh jalan moderat dengan tidak bermusuhan dengan penguasa. Rezim Hosni Mubarak saat ini juga menekan Ikhwanul Muslimin, di mana Ikhwanul Muslimin menduduki posisi sebagai oposisi di Parlemen Mesir.
C. Gerakan Dakwah dan Politik Ikhwanul Muslimin
1. Dakwah
Asal mulanya, jama'ah ikhwanul muslimin adalah murni sebagai gerakan dakwah keagamaan yang dirintis oleh Hasan al-Banna. Sistematis dakwah yang diaplikasikan adalah sistem yang kontinuitas dan berkesinambungan, bukan dakwah yang diadakan secara tempramental. Dengan alasan bahwa dakwah ini dinilai sangat menggugah hati masarakat mesir waktu itu, tak heran jika dalam waktu singkat jama'ah ikhwanul muslimin semakin membludak.
Tujuan Dakwah Ikhwanul Muslimin secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa tujuan dakwah ikhwanul muslimin:
a. Membentuk pribadi muslim
b. Membentuk rumah tangga muslim
c. Mewujudkan masyarakat muslim
d. Mewujudkan Kembali Daulah Iislamiyyah
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan dakwah jama'ah ikhwanul muslimin, maka pemikiran–pemikiran bahwa dakwah dirasa perlu memasuki ranah pemerintahan mesir saat itu jauh dari nilai-nilai islami, maka jama'ah ikhwanul muslim mulai menyusun strategi politiknya.
2. Politik
a. Konsep Politik Ikhwan
Dalam perspektif Ikhwan, politik adalah segala sesuatu yang sifatnya dapat merealisasikan kebaikan di tengah masyarakat . Ia meliputi semua urusan yang ada dalam masyarakat. Pembatasan ini mengategorikan sebagai bagian dari akhlaq. Oleh karena itu, tak heran jika Hasan Al-Banna dengan gamblang mengatakan, "sesungguhnya seorang muslim belum sempurna keislamannya kecuali jika ia menjadi seorang politikus, memiliki pandangan jauh kedepan dan memberikan perhatian penuh kepada persoalan bangsanya. Keislaman seseorang menuntutnya untuk memberikan perhatian kepada persoalan bangsanya."
b. Tujuan Politik Ikhwan
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan politik ikhwan bertujuan untuk membentuk kepribadian politik sesuai dengan keyakinan mereka, membentuk orientasi dan sensitivitas politik yang didasarkan kepada keyakiann itu, membentuk kesadaran politik anggota, dan akhirnya agar menjadi partisipan aktif dalam kehidupan politik dengan segala bentuk partisipasi yang mungkin dilakukan.
c. Prinsip dan Peran Ikhwan Dalam Perekonomian
Aspek ekonomi di kalangan ikhwan memiliki muatan edukatif, dilihat dari pendidikan aqidah, kejiwaan, sosial, intelektual dan pengetahuan, yang mereka wujudkan dalam kenyataan baik dibidang pengelolaan harta, keadilan sosial, kemerdekaan dan kebangkitan ekonomi. Dengan demikian jelaslah bahwa peran mereka dalam perekonomian berkaitan erat dengan pendidikan politik di kalangan ikhwan, yang ia turut memberikan peran dalam membentuk kepribadian politik di kalangan mereka (dalam keyakinan dan orientasi), karena ia merupakan dari kesadaran politik terhadap problem-problem umat, termasuk maslah perekonomian mesir ketika itu.
D. Pengaruh Ikhwanul Muslimin
Melihat sejarah tumbuh dan berkembangnya jema'aah Ikhwanul Muslimin dengan berbagai dinamika pergerakannya baik dalam bidang dakwah maupun politik yang berkemabng saat itu, tak heran jika jema'ah yang satu ini sangat berpengaruh terhadap laju perjuangan islam di pelbagi penjuru dunia, termasuk Indonesia. Indikatornya sangatlah jelas untuk diamati, dari mulai simbol-simbol Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin yang sering kita jumpai dalam berbagai media. Kegiatan dakwah para aktivis muslim, sampai kepada ideologi dan pergerakan partai politik.
Dari berbagai sumber yang berbeda, penulis, dalam perspektifnya melihat ada banyak negara yang sedikit banyak mengikuti sepak terjang politik ikhwan.
Di antara negara-negara tersebut adalah;
1. di Turki, terdapat partai Keadilan Bangsa
2. di Malaysia, Partai Keadilan Rakyat
3. di palestina, partai Hamas
4. di Indonesia, PKS
PENUTUP
Pada bulan Dzulqa’dah 1347 H yang bertepatan dengan Maret 1928, enam orang dari pengikutnya mendatangi rumahnya, membai’atnya demi beramal untuk Islam dan sama-sama bersumpah untuk menjadikan hidup mereka untuk dakwah dan jihad. Dengan itu muncullah tunas pertama gerakan Ikhwanul Muslimin. Selang empat tahun, dakwahnya meluas, sehingga ia pindah ke ibukota Kairo, bersama markas besar Ikhwanul Muslimin. Dengan bergulirnya waktu, jangkauan dakwah semakin lebar. Kini saatnya bagi Al-Banna untuk mengajak anggotanya melakukan jihad amali. Dengan situasi yang ada saat itu, ia membentuk pasukan khusus untuk melindungi jamaahnya. Pada tahun 1942 M, Hasan Al-Banna menetapkan untuk mencalonkan dirinya dalam pemilihan umum, tapi ia mencabutnya setelah maju, karena ada ancaman dari Musthafa Al-Basya, yang waktu itu menjabat sebagai pimpinan Al-Wizarah (Perdana Menteri, ed.). Dua tahun kemudian, ia mencalonkan diri kembali, namun Inggris memanipulasi hasil pemilihan umum.
Melihat sejarah tumbuh dan berkembangnya jema'aah Ikhwanul Muslimin dengan berbagai dinamika pergerakannya baik dalam bidang dakwah maupun politik yang berkemabng saat itu, tak heran jika jema'ah yang satu ini sangat berpengaruh terhadap laju perjuangan islam di pelbagi penjuru dunia, termasuk Indonesia. Indikatornya sangatlah jelas untuk diamati, dari mulai simbol-simbol Hasan Al-Banna dan Ikhwanul Muslimin yang sering kita jumpai dalam berbagai media. Kegiatan dakwah para aktivis muslim, sampai kepada ideologi dan pergerakan partai politik.
Dari berbagai sumber yang berbeda, penulis, dalam perspektifnya melihat ada banyak negara yang sedikit banyak mengikuti sepak terjang politik ikhwan.
Di antara negara-negara tersebut adalah;
5. di Turki, terdapat partai Keadilan Bangsa
6. di Malaysia, Partai Keadilan Rakyat
7. di palestina, partai Hamas
8. di Indonesia, PKS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar