A. Sejarah Singkat Terbentuknya Tentara Pelajar
Pada tanggal 25 sampai 27 September 1945 pelajar pelajar dari gabungan sekolah menengah mengadakan kongres pemuda pelajar seluruh Indonesia sehingga dicetuskannya Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) pada 27 September 1945. Kehadiran dan keberadaan IPI ditengah-tengah perjuangan memberikan bobot tersendiri. Adanya IPI membuat para pelajar Indonesia mempunyai wadah bagi perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Untuk mengkoordinasi anggota IPI yang ikut dalam pertempuran, maka dibentuk Markas Pertahanan Pelajar (MPP). Pengurus besar IPI pada mulanya berkedudukan di Jakarta kemudian pindah ke Yogyakarta bersama dengan pemerintah RI dan berkantor di Tugu Kulon.
IPI memandang bahwa keadaan Indonesia makin gawat, dengan kedatangannya Belanda kembali ke Indonesia, IPI membentuk suatu bagian tersendiri yang mengurus soal-soal pertahanan. Bagian tersebut kemudian dinamakan IPI bagian Pertahanan yang diresmikan oleh Jenderal Mayor Mustopo pada tanggal 17 Juli 1946 di. Pada mulanya IPI Pertahanan hanya membantu menjaga keamanan daerah tapi pada akhirnya aktif dalam tugas pertahanan langsung diberbagai front perjuangan.
Tentara Pelajar pada masa itu terhitung masih muda, namun semangat dan gigih yang menggebu, Sehingga Apa yang mereka lakukan tidak sia sia. hingga belanda benar benar pergi dari indonesia. Uniknya dalam Tentara Pelajar tetap menggunakan asas kekeluargaan yang kental, walaupun telah diresmikan dengan sebutan Tentara Pelajar dan organisasinya disusun seperti organisasi ketentaraan, namun status kelaskaran tetap dipertahankan sesuai dengan Sistem Pertahanan Kelaskaran Rakyat. Oleh sebab itu kepangkatan militer belum atau tidak digunakan untuk pelaksanaan urusan-urusan intern organisasinya, melainkan didasarkan pada kekeluargaan dan keakraban Satu hal yang menarik dari kesatuan Tentara Pelajar adalah komandannya dipilih oleh para anggotanya sendiri. Tentara Pelajar dalam perjuangannya melakukan perlawanan gerilya yang menyulitkan pihak musuh, mereka dituntut untuk memiliki kekompakan dan kedisiplinan.terbentuknya tentara pelajar adalah berdasarkan kesadaran para pelajar dalam memperjuangkan tanah air mereka.
B. Jalannya Pertempuran Rejodani
Pada Agresi Militer II Tentara Pelajar yang saat itu berada di asrama langsung mengadakan pergerakan perlawanan untuk mempertahankan kemerdekaan. Tentara Pelajar mengundurkan diri ke luar kota, dan menyusun rencana untuk menghadapi pihak Belanda, mereka melakukan konsolidasi dengan pasukan-pasukan dari daerah lain. Mereka sadar bahwa dalam menghadapi Belanda perlawanan tidak dapat dilakukan secara frontal, namun harus dilkukan secara gerilya dengan menekan musuh secara perlahan-lahan.
Pada pemulaan bulan Mei 1949 pasukan Tentara Pelajar yang dipimpin Ali Adi pindah ke daerah Sleman, Yogyakarta. Markas pasukan Tentara Pelajar berpindah pindah antara lain di daerah Kembangarum, Ngepos, Bunder Balong, Dero Polowidi, Ngetiran, Rejodani dan desa-desa lainnya. Ngetiran dan Rejodani adalah tempat yang paling sering disinggahi Tentara Pelajar ketika Belanda menjalankan Agresi Militer II sampai pada bulan Mei 1949.
C. Perjuangan Tentara Pelajar
Tentara Pelajar yang berada di Ngetiran dan Rejodani pada waktu itu adalah kesatuan Peleton III dari Batalyon 300 Tentara Pelajar Ali Adi. Berhubung dengan adanya pengumuman dari Wehrkreise III bahwa mulai tanggal 29 Mei 1949 berlaku gencatan senjata antara Belanda dengan TNI maka Ali Adi pergi ke Balong menghadap komandannya.
Namun yang di Rejodani pada 29 Mei 1949 terjadi pertempuran antara Belanda dengan Tentara Pelajar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Pak Suhatno dengan beberapa orang pelaku serta saksi pada saat pertempuran terjadi dikisahkan bahwa; pada tanggal 27 Mei 1949 peleton Ali Adi yang bermarkas di Balong diperintahkan untuk pindah markas guna mendekati wilayah kota ke Ngeiran dan Rejodani karena pada bulan Juni akan dilaksanakan serih terima kedaulatan dari Belanda.Namun naas pada dini hari sekitar pukul 04.30 secara tidak terduga datang 1 batalyon pasukan Belanda berbaret merah. Rakyat yang secara tidak sengaja menyadari kedatangan Belanda tersebut, memberitahu kepada warga lainnya agar dapat menyelamatkan diri.
Seorang pejuang bernama Supanoto gugur pertama kali dalam kejadian tersebut karena mencoba melawan Belanda. Suasana pertempuran semakin besar, dua lagi pejuang tewas mereka adalah Suwono dan Alibasyah hingga akhirnya korban dari Tentara Pelajar bertambah hingga delapan orang. Keadaan baru dikatakan tenang kurang lebih pukul 10.00.
Sebenarnya pada saat itu di daerah Dero terdapat pasukan Pleton II Detasemen III yang dikomandani Arif Suratno, mendengar bunyi tembakan, namun pasukan ini kebingungan karena tidak mengetahui dari mana arah tembakan itu berasal, setelah diketahui di daerah Rejodani merekapun pergi kesana namun karena ditempuh dengan jalan kaki mereka terlambat datang, yang melihat lihat hanya sisa pertempuran dan jenazah Tentara Pelajar yang tewas dengan mengenaskan.
Kepergian Belanda memberikan kesempatan terbuka bagi Regu II dan anggorta KODIM serta sejumlah penduduk untuk mengurus korban yang seluruh terdiri dari anggota Tentara Pelajar. Lepas tengah hari semua jenazah yang terdiri dari Suwono, Harsono, Supanoto, Sukapdi, Suroyo, Sunaryo, Daryono dan Alibasyah, jenazah Tentara Pelajar dimakamkan di makam rejodani pada soreharinya, sekitar pukul lima sore.
Salah satu dokumen otentik atas meninggalnya delapan Tentara Pelajar adalah adanya Surat Pernyataan berduka cita dari Kepala Staf Detasemen III Brigade XVII Pasukan “O”, SWK 104 tanggal 31 Mei 1949, yang ditandatangani oleh Suhartono dan Sukimin. Korban di pihak Belanda sebenarnya cukup banyak juga, yakni 23 orang dimana data ini didapat dari Orang Belanda setelah empat windu kejadian Rejodani
Untuk menghargai dan menghormati kepahlawanan para pejuang yang gugur, kerangka jenazah pejuang tersebut dipindahkan dari Rejodani ke Taman Makam Pahlawan Kusumanegara pada tanggal 12 Agustus 1949. Dan untuk mengenang jasa-jasa dari para pahlawan Tentara Pelajar yang tewas dalam pertempuran dibangunlah sebuah monument, yang bernama Monumen Rejodani.
DAFTAR PUSTAKA
Imran dan Ariwiadi.1985. Peranan Pelajar dalam Perang Kemerdekaan. Jakarta: ALDA.
Soedarwo, Imam, dkk. 2005. Perjuangan Tentara Pelajar Kompi IV : Jakarta : Keluarga Besar ex Tentara Pelajar Semarang.
Suhatno. 2007. Peranan Tentara Pelajar dalam Pertempuran Rejodani tahun 1949: suatu kajian Sejarah Lisan. Patra Widya Vol. 8 No.4, Desember 2007.
Tri Wahyono, Tugas, dkk. 2011. Rute PerjuanganGerilya A.H. Nasution Pada Masa Agresi Militer Belanda II. Yogyakarta: Kemenbudpar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar