A. Biografi Mursi
Muhammad Mursi Isa al-Ayyat atau yang biasa dipanggil Mursi merupakan anak dari kelaurga petani sederhana. Ia lahir pada tanggal 20 Agustus 1951 di desa Adwah, Provinsi Syarqiyah, bagian timur Mesir. Mursi meraih doktor bidang teknik material pada University of Southern California pada 1982, dan pernah menjadi dosen atau profesor pembantu di universitas di AS itu pada 1982-1985. Pada 1985-2010, Mursi mengetuai jurusan teknik material di Universitas Zakazik, Mesir, dan dosen teknik di Cairo University. Sejak 1977, Mursi mulai aktif di Ikhwanul Muslimin dan berulang kali masuk penjara, baik di masa Presiden Anwar Saddat (1970-1981) maupun di era Presiden Husni Mubarak (1981-2011) atas tuduhan melakukan gerakan bawah tanah untuk menggulingkan pemerintah.
Muhammad Mursi adalah pemimpin Partai Kemerdekaan dan Keadilan yang merupakan sayap politik dari Ikhwanul Muslimin. Mursi sendiri pernah menjabat sebagai Anggota Parlemen pada tahun 2000-2005. Ia terpilih menjadi calon independen karena saat itu Ikhwanul Muslimin secara teknis dibatasi pergerakan politiknya oleh pemerintahan Presiden Hosni Mubarak.
Mursi adalah pendiri Partai Kebebasan dan Keadilan pada tahun 2011. Dalam kampanyenya, Muhammad Mursi menyerukan slogan ”Islam adalah Solusi”. Akibat slogan ini, kalangan barat menduga Mursi akan menerapkan sistem teokrasi Islam fundamentalis.
Muhammad Mursi menjadi presiden Mesir sejak 30 Juni 2012 setelah memenangi pemilu 24 Juni 2012 dengan meraih 13.230.131 suara atau 51,7 persen suara sah. Ia merupakan presiden petama yang dipilih secara demokratis.
B. Mesir pada saat Pemerintahan Mursi
Pada masa Pemerintahan Mursi, Mesir mengalami kondisi yang tidak kondusif karena pada Agustus 2012, Mursi mulai melakukan ‘pembersihan’ di tubuh pemerintahannya. Bahkan pada 22 November 2012 Mursi mengeluarkan dekrit yang memberikan kewenangan yang luar biasa. Mursi menyatakan bahwa semua produk parlemen (mayoritas anggota Ikhwanul Muslimin) tidak bisa dibatalkan pengadilan. Hal itu dilakukan atas dasar melindungi revolusi mesir yang telah didapatkan. Jika prinsip dan nilai-nilai demokrasi yang dianut, tentu tindakan Mursi tersebut tidak bisa dibenarkan meskipun dengan dalih apapun. Ternyata dekrit yang dibuat Mursi tersebut tidak diterima oleh kaum sekuler dan minoritas di Mesir. Menurut mereka, jika dekrit tersebut diberlakukan, tentu yang berlaku di Mesir adalah Ikhwanisasi, dan hal ini dinilai tidak sejalan dengan keberagaman di Mesir itu sendiri.
Dekrit 22 November 2012 menciptakan polarisasi antara kubu pendukung dekrit (ikhwatul Muslimin, Jamaah Islamiyah, Gerakan Salafi) dan kubu anti dekrit dari kelompok oposisi (Front Penyelamatan Nasional, kelompok liberal dan sayap kiri). Mesir kini terpecah menjadi dua golongan atau kelompok. Kelompok yang menentang presiden Mursi adalah Gerakan Tamarud yang dipelopori oleh Front penyelamatan Nasional (FPN), partai beraliran liberal dan sayap kiri. Mereka menuntut agar Mursi mundur dari jabatannya. Kelompok pendukung Presiden Mursi adalah Ikhwatul Muslimin, partai Kebebasan dan Keadilan, dan kelompok Islamis. Mereka menuntut agar tetap mempertahankan demokrasi.
Kondisi Mesir makin diperparah dengan menjamurnya sikap sektarianisme yang dilakukan oleh aktivis Ikhwanul Muslimin dan aliansinya yakni Salafi, yang dibiarkan berkembang oleh Mursi. Gerakan ini bergerak melalui radio-radio dan tv setempat yang menyebarkan kebencian pada pihak di luar mereka.
Gerakan takfiri yang radikal tersebut benar-benar nyata, ketika mereka datang dan menyerbu Al-Azhar. Sebagaimana yang dilaporkan dari situs resmi al-Azhar, onazhar, bahwa pada hari selasa pagi (28/05/2013), mereka mendatangi al-Azhar dan meneriakkan cacian terhadap instansi Al-Azhar, Grand Shaikh Al-Azhar Prof. DR. Ahmad Thayeb, dan seluruh pegawai Al-Azhar. Mereka menyatakan bahwa Al-Azhar adalah instansi kafir. Tentu kita bisa membayangkan bagaimana bahayanya gerakan takfiri ini, sebab instansi sekaliber al-Azhar yang terkenal moderat juga menjadi santapan takfiri mereka.
Alasan massa ingin menggulingkan Mursi karena Mursi dianggap tidak mampu memulihkan kondisi di Mesir baik dalam bidang perekonomian, keamanan Negara dan bahkan dinilai terlalu mementingkan kepentingan kelompoknya. Ketidakpuasan rakyat yang tergabung dalam barisan oposisi, sudah dimulai sejak penulisan konstitusi baru yang dinilai tidak mencerminkan kepentingan dan melindungi seluruh rakyat. Konstitusi itu juga dinilai tidak memberikan jawaban terhadap cita-cita revolusi penggulingan Husni Mubarok. Hal ini menggambarkan bahwa rakyat Mesir tidak ingin masuk dalam rezim otoriter yang baru.
Faktor ekonomi yang bergejolak pasca runtuhnya Mubarak menjadi salah satu faktor goyahnya pemerintahan mursi. Bergejolaknya ekonomi mesir juga dipengaruhi oleh kekuatan militer yang mengusai lebih dari 30% perekonomian mesir. Revolusi kedua yang muncul merupakan imbas dari perebutan hegemoni ekonomi yang bermuara pada perampasan hak politik.
Kondisi Mesir saat ini bisa dikatakan persis seperti revolusi 2011, dimana kubu militer tidak berdiri netral. Ketika revolusi 2011, militer tidak mendukung Mubarok akan tetapi militer lebih mendukung kepada rakyat. Kini militer juga tidak berpihak kepada Mursi dan berdiri mendukung rakyat yang beroposisi. Bahkan militer melangkah lebih jauh menyingkirkan Mursi, membekukan konstitusi baru dan membentuk pemerintahan sementara.
Pada masa penggulingan Mubarok, militer membentuk Dewan Tertinggi Militer sebagai pelaksana pemerintahan sementara. tetapi kali ini militer menunjuk ketua Mahkamah Konstitusi Tertinggi Adli Mansour sebagai pemimpin sementara. Langkah ini oleh militer disebut sebagai “peta jalan” untuk kembali ke demokrasi. Peta jalan baru tersebut berisi pembekuan konstitusi, ketua mahkamah konstitusi tertinggi bertindak sebagai kepala Negara sementara dan bersumpah didepan dewan umum MK, penyelenggaraan pemilu presiden dan parlemen, membuat piagam kehormatan media yang menjamin kebebasan pers, memberi kesempatan kepada pemuda ikut dalam mengambil keputusan, membentuk pemerintahan teknokrat, dan membentuk komite yang melibatkan semua elemen masyarakat untuk mengamandemen konstitusi.
Nasib Mursi tidak jauh berbeda dengan Mubarok. Pada masa pemerintahan mereka, keduanya dijatuhkan oleh demonstrasi rakyat dengan dukungan militer. Inilah yang oleh Joshua Stacher disebut revolusi “setengan rakyat dan setengah intervensi militer”. Hanya bedanya, masa kekuasaan Mubarok lebih panjang yaitu 30 tahun dibandingkan Mursi yang hanya memerintah satu tahun.
Suasana tegang menyelimuti Mesir, karena tanggal 30 Juni 2013 terjadi banyak kerusuhan dan demonstrasi besar-besaran baik dari kubu pro Mursi maupun dari kubu oposisi. Demontrasi ini merupakan puncak dari keresahan rakyat Mesir terhadap kepemimpinan Mursi. Konsentrasi demonstrasi kedua kubu tersebut berada di dua tempat. Massa oposisi berada di Tahrir dengan menyatukan kelompok liberal, sekuler dan rakyat yang kecewa dengan kebijakan politik dan ekonomi Mursi. Sedangan pendukung Mursi terpusat di Nasr City. Pendukung Mursi menuding lawan-lawannya digerakkan oleh antek rezim hosni Mubarok yang mencoba merebut kembali kekuasaan dengan menghasut dan memicu kekerasan.
Demontrasi dan bentrokan antar kedua kubu tersebut telah menewaskan delapan orang termasuk salah satunya adalah warga Amerika Serikat. Pada tanggal 1 Juli 2013 militer mengintervensi dengan memberikan tenggang waktu 48 jam bagi Mursi untuk mengatasi krisis politik. Ultimatum 48 jam ini dianggap oleh penentang mursi sebagai kemenangan karena militer dianggap berada di pihak mereka.
Pada tanggal 4 Juli 2013 tenggang waktu yang diberikan kepada Mursi habis sehingga Jenderal Abdel Fattah Sisi mengumumkan bahwa ketua Mahkamah Konstitusi Tertinggi Adly Mahmud Mansur untuk sementara memegang kekuasaan presiden dan Undang-Undang Dasar dibekukan. Dengan demikian, tanggung jawab berada di pundak Adly Mahmud dan militer untuk segera menyelenggarakan pemilihan presiden, amandemen UUD, dan rekonsiliasi nasional.
Presiden sementara Mesir, Adly Mansour menunjuk El-Beblawi sebagai perdana menteri (PM) pemerintahan transisi di Mesir pada 9 Juli 2013. Namun keputusan Adly Mansour mendapat tentangan dari kubu pro Mursi maupun kubu penentang Mursi.
C. Mesir Pasca Pemerintahan Mursi
Beberapa seniman Mesir turut bersuara melalui seni provokatif dengan cara melukiskan gambar-gambar unik ditembok-tembok kota. Mereka tidak ingin mesir dikuasai oleh golongan militer ataupun agamis. Namun, seorang seniman yang bernama Ammar Abo Bakr mengatakan bahwa pada saat ini masyarakat mesir haruslah merenungkan kejadian-kejadian yang telah dilalui. Sekaranglah saatnya melestarikan identitas budaya mesir. Dia memandang bahwa demonstrasi-demonstrasi 30 Juni 2013 dilakukan oleh pendukung Mubarak untuk membalaskan dendamnya.
Negara barat mengharapkan agar mursi dibebaskan demi meminimalisir jatuhnya korban. Sejak dikudeta 3 Juli 2013 presiden mursi diamankan oleh pihak militer. Militer beralasan bahwa melepas mursi sekarang adalah sebuah tindakan yang membahayakan nyawanya. Tempat pengamanan mursi hingga saat ini masih dirahasiakan. Setiap orang yang ingin menemuinya, akan diantarkan oleh pihak militer dengan menggunakan helikopter. Tamu yang akan menemuinya akan dibuat bingung oleh pilot. Hal itu dilakukan untuk menjaga kerahasiaan tempat persembunyian mursi.
Beberapa Negara yang peduli akan mursi menyerukan pembebasan demi mencegah perang saudara yang lebih luas. Tetapi, hal tersebut segera direspon oleh Jendral Abdel Fatah Al-Sisi dengan membuat aksi massa tandingan.
Pada tanggal 5 Agustus 2013 kelompok pro mursi yang dipimpin oleh Tarek El Malt bersedia untuk bernegosiasi. Mereka menyatakan bahwa mereka siap berdialog apabila konstitusi lama dikembalikan dan mereka menolak keterlibatan Jendral Al-Sisi serta permintaan agar pemerintah sementara mengembalikan bangku presiden kepada Mursi.
Deputi luar negeri Amerika Serikat, William burns ditugaskan sebagai mediator bagi kedua kubu yang bertikai. Dia bertemu dengan jamaah islamiyah sebagai partai koalisi IM. Pertemuan tersebut menjelaskan bahwa pimpinan IM memberikan jalan tengah berupa pemberian kekuasaan kepada perdanan menteri yang ditunjuk secara aklamasi untuk melaksanakan pemilu parlemen, presiden, dan konstitusi. Di sisi lain, IM meminta semua tahanan politik dibebaskan.
Pada perkembangannya burns berusaha membujuk wakil pemimpin IM khairat el Shater yang mendekam dalam penjara untuk mau berunding dengan pemerintahan sementara. Namun, dia mengatakan bahwa lebih baik berbicara langsung saja dengan presiden yang sah yaitu mursi.
Ketika proses tersebut sedang berlangsung pemerintah sementara mengeluarkan ultimatum kepada pendukung mursi yang masih tinggal di kompleks masjid Rabaah Al-Adawiya. Terhitung sejak kudeta mursi terjadi, lebih dari 250 orang dinyatakan tewas. Tentara mesir membuat barikade untuk menghalau pergerakan IM. Sedangkan kelompok IM melalui garda IM mempersiapkan dirinya untuk menghadapi razia aparat. Mereka melengkapi dirinya dengan menggunakan pentungan dan helm.
Pada tanggal 14 Agustus 2013 masa penahanan mursi diperpanjang guna melakukan penyelidikan lebih lanjut atas kasus larinya tahanan pada tahun 2011. Pada saat itu jugalah bentrokkan antara aparat dengan pendukung mursi pecah. Bentrokkan tersebut menyebabkan jatuhnya korban sebanyak 600 orang dari pihak pendukung mursi. Namun, pemerintah hanya mengatakan jumlah korban hanya sebanyak 7 orang. Selain itu, penangkapan juga dilakukan pada tanggal 18 Agustus 2013 di masjid Al-Fath kairo. Polisi menembaki gas air mata ke dalam masjid dan berusaha untuk menangkap orang-orang yang ada di dalamnya. Hal itu mendapat kecaman keras dari dunia internasional.
Setelah peristiwa kairo, pemimpin IM yang masih tersisa ditangkap. Salah satu diantaranya adalah Muhammad Bardie yang dituduh sebagai provokator demonstrasi. Sejak kejadian itu, Israel secara tegas mengatakan dunia barat harus mendukung pemerintahan sementara mesir. Hal tersebut dilakukan atas dasar bukan demokrasi yang dikembangkan melainkan Negara yang berfungsi. Pihak mursi sejak awal didukung oleh turki melalui perdana menteri recep tayyib erdogan. Erdogan bahkan sempat menunjukkan empat buah jarinya yang memiliki makna dukungan bagi mursi. Simbol empat jari tersebut kini dikenal sebagai Rabaa Salute.
Pada tanggal 22 Agustus 2013, Mubarak dinyatakan bebas karena bukti-bukti untuk menjatuhkan hukuman untuknya tidak lengkap. Namun, gerakan pemuda tamarud yang memiliki peran besar dalam penggulingan mursi menuntut agar Mubarak kembali diadili dengan bukti baru untuk mencegah bentrok baru. Sejalan dengan itu, Gerakan bersenjata membuat gejolak di gurun Sinai melalui perlawanannya terhadap militer.
Kini, seluruh mesir terus digencarkan program pencarian M. Beltagi dan Essam Eriyan. Sebuah perkembangan mulai terlihat ketika koalisi revolusi mesir meminta agar jam malam dikurangi hanya berlaku selama 6 jam dan pembukaan pintu Rafah selama empat jam setiap harinya. Hal itu dilakukan untuk mencegah masuknya hamas ke mesir. Hamas merupakan partai militan cabang IM yang ditakuti oleh pemerintahan sementara yang secara tidak langsung didukung oleh Israel. Tuduhan akan keterlibatan hamas dalam berbagai kegiatan politik mesir telah dibantah secara terbuka oleh juru bicara hamas Sami Abu Zuhri.
Pembantaian rakyat Mesir yang dilakukan oleh militer berdampak terhadap kebijakan politik Amerika Serikat. Terhitung pada tanggal 10 Oktober 2013 AS mengurangi pengiriman bantuan militer terhadap Mesir. Tetapi, mereka secara tegas bahwa penggulingan Mursi adalah sebuah aksi kudeta.
Pada perkembangannya tokoh-tokoh ikhwanul muslimin yang dicari oleh pemerintah telah berhasil ditangkap. Mereka disidang pada tanggal 5 November 2013, bersama dengan presiden Mursi. Ketika persidangan berlangsung Mursi menolak untuk menggunakan baju tahanan dan mengatakan “Saya Mohammed Morsi, presiden republik. Saya merupakan presiden Mesir yang sah. Anda tidak memiliki hak untuk memimpin persidangan masalah presidensial." Lebih lanjut, Mursi mengatakan bahwa situasi Mesir akan kembali tenang jika kursi kekuasaannya kembali.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammad Mursi Isa al-Ayyat atau yang biasa dipanggil Mursi merupakan anak dari kelaurga petani sederhana. Ia lahir pada tanggal 20 Agustus 1951 di desa Adwah, Provinsi Syarqiyah, bagian timur Mesir. Mursi meraih doktor bidang teknik material pada University of Southern California pada 1982, dan pernah menjadi dosen atau profesor pembantu di universitas di AS itu pada 1982-1985.
Muhammad Mursi menjadi presiden Mesir sejak 30 Juni 2012 setelah memenangi pemilu 24 Juni 2012 dengan meraih 13.230.131 suara atau 51,7 persen suara sah. Ia merupakan presiden petama yang dipilih secara demokratis.
Pada masa Pemerintahan Mursi, Mesir mengalami kondisi yang tidak kondusif karena pada Agustus 2012, Mursi mulai melakukan ‘pembersihan’ di tubuh pemerintahannya. Bahkan pada 22 November 2012 Mursi mengeluarkan dekrit yang memberikan kewenangan yang luar biasa. Mursi menyatakan bahwa semua produk parlemen (mayoritas anggota Ikhwanul Muslimin) tidak bisa dibatalkan pengadilan. Hal itu dilakukan atas dasar melindungi revolusi mesir yang telah didapatkan. Jika prinsip dan nilai-nilai demokrasi yang dianut, tentu tindakan Mursi tersebut tidak bisa dibenarkan meskipun dengan dalih apapun. Ternyata dekrit yang dibuat Mursi tersebut tidak diterima oleh kaum sekuler dan minoritas di Mesir. Menurut mereka, jika dekrit tersebut diberlakukan, tentu yang berlaku di Mesir adalah Ikhwanisasi, dan hal ini dinilai tidak sejalan dengan keberagaman di Mesir itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ato. Demokrasi Tumbang di Mesir. Harian Kompas. Jum’at 5 Juli 2013
El-shodiq Muhammad. 2013. Inikah Penyebab Mursi Dilengserkan?. Diakses dari http://politik.kompasiana.com/2013/08/26/inikah-yang-menyebabkan-mursi-dilengserkan-584141.html pada 8 Desember 2013.
Heri Ruslan. 2012. Mohammed Mursi Terpilih Jadi Presiden Mesir. Diakses dari http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/12/06/24/m64mpv-mohammed-mursi-terpilih-jadi-presiden-mesir pada 8 Desember 2013.
Trias Kuncahyono. Mursi, Revolusi, Kudeta. Harian kompas. Selasa 8 Mei 2013.
___. 2013. Sidang Morsi: “Saya Presiden”. Diakses dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2013/11/131105_morsitrial.shtml pada tanggal 12 Desember 2013.
___. Suasana Tegang selimuti Mesir. Kedaulatan Rakyat. Senin, 1 Juli 2013.
___ Demokrasi Tumbang di Mesir. Kompas, Jum’at 5 Juli 2013.
___. Mural Jadi ‘Seni Provokatif’. Kedaulatan Rakyat. Jum’at, 2 Agustus 2013.
___. Pemerintah dan Pendukung Mursi Siap Kompromi. Republika. Senin, 5 Agustus 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar