Kamis, 11 April 2013

History Of Sumatra - Historiografi Kolonial


Historiografi Kolonial merupakan sebuah penulisan Sejarah yang terjadi pada waktu terjadinya kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Salah satu contoh historiografi kolonial Indonesia adalah History Of Sumatra karya William Marsden pada tahun 1783 yang kemudian diterjemahkan menjadi Sejarah Sumatra oleh Komunitas Bambu.
William Marsden memulai pengamatannya pada tahun 1771. Ia melakukan pengamatan dan berhasil mengungkapkan hal-hal yang belum pernah terungkap sebelumnya. Marsden bukanlah orang Eropa pertama yang mengunjungi Sumatra pada masa itu, beberapa penjelajah dari berbagai negara lain juga pernah singgah sejenak di pulau Sumatra, akan tetapi catatan perjalanan Marcopolo tidak secara detail mendeskripsikan Sumatra sebagaimana dilakukan oleh Marsden. Karya dari William Marsden tersebut merupakan sebuah prestasi besar dalam mengkaji wilayah-wilayah asing di luar benua Eropa. Tulisan Marsden tentang Sumatra merupakan sebuah karya besar pada abad ke-18 yang ditulis berdasarkan hasil riset dan observasi yang sudah tergolong canggih apabila meninjau kurun waktu dimana ia hidup.
Setelah membaca buku Sejarah Sumatra ini, Kita bisa membagi inti dari buku tersebut dalam 6 kelompok yaitu :
a. Bab 1 : Menceritakan tentang karakteristik geografis wilayah Sumatra, mulai dari udara, metereorologi, iklim, kondisi tanah dll.
b. Bab 2-4 : Menceritakan tentang penduduk dan kehidupan sosiologi-antropologis masyarakat Sumatra pada masa itu.
c.  Bab 5-8 : Menceritakan tentang flora dan fauna serta komoditi pertambangan yang terdapat di Sumatra.
d. Bab 9-15 : Menceritakan tentang kebudayaan, hukum, adat istiadat dan tata perilaku masyarakat Sumatra pada masa itu.
e.  Bab 16-21 : Menceritakan tentang perbedaan penduduk atar daerah hingga sejarah kerajaan-kerajaan di Sumatra.
f.     Bab 22 : Mulai menceritakan tentang awal Kolonialisasi.
g.    Bab 23 : Menceritan tentang pulau-pulau lepas pantai pesisir barat Sumatra.
Berdasarkan buku Sejarah Sumatra tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri historiografi kolonial Indonesia yaitu:
1.      Pengumpulan sumber dilakukan dengan cara melakukan riset dan wawancara.
Pengumpulan sumber dilakukan dengan cara observasi yang dilakukan oleh William Marsden sendiri dan dengan mewawancarai pejabat-bjabat EIC yang telah memiliki hubugan panjang dengan masyarakat asli. Sehingga pemaparan akan fakta-fakta yang terdapat didaerah Sumatra sangat mencolok. Seperti yang telah dijelaskan oleh Marsden dalam pengantar penulis,
“ Kredibilitas hasil penelitian ini tidak usah diragukan lagi karena sebagian besar yang saya sampaikan berasal dari hasil observasi saya sendiri, sedangkan sisanya merupakan pengetahuan umum bagi penduduk lokal pulau atau hasil percakapan dengan pejabat-pejabat EIC yang telah memiliki hubungan panjang dengan masyarakat asli”. (William Marsden, 2013: xxix)
2.      Bentuk tulisannya deskriptif.
Dalam menjelaskan tentang kondisi daerah Sumatra William Marsden memaparkan secara rinci, detail dan akurat sehingga mampu memberi gambaran umum tentang kajian geografis, demografi, sosiologi, antropologi, budaya dan sejarah masyarakat Sumatra. Misalnya kehidupan sosiologi masyarakat, adat istiadat dan hukum adat, ritus perkawinan, tradisi, perbedaan penduduk hingga sejarah kerajaan-kerajaan di Sumatra dari kerajaan Minangkabau, kerajaan-kerajaan Tepi Sungai, kerajaan di Batak dan kerajaan di Aceh. (William Marsden, 2013:255-486)
3.      Membahas tentang kondisi daerah Sumatra bagi kepentingan kolonialisme.
Para penjelajah Eropa tidak mungkin melakukan misinya tanpa mengenal karakteristik dan orang-orang yang akan mereka jumpai melalui pengalaman dari kontak langsung. Oleh karena itu penulisan buku sejarah Sumatra tidak lepas dari tujuan-tujuan eksploitatif perusahaan dagang Inggris, khususnya di wilayah pantai Barat Sumatra. Tulisan Marsden mengenai Sumatra tidak dapat dilepaskan dari usaha-usaha untuk memuluskan imperialisme Inggris di daerah koloninya. Pada Bab ke 5-8, Marsden juga menggambarkan berbagai hasil potensi alam untuk komoditas dagang seperti lada, damar, buah-buahan khas Sumatra dan lain-lain. Kekayaan alam Sumatra bukan hanya dihasilkan dari macam-macam flora dan faunanya yang berasal dari hutan, kekayaan dari hasil pertambangan berupa emas, timah, tembaga, bijih besi dan lain-lain adalah objek dari tujuan-tujuan eksploitatif bagi upaya kolonialisasi diwilayah tersebut. (William Marsden, 2013:103-202)
Dalam bukunya, Marsdem mengatakan “Saat dibawa ke pemukiman Inggris, emas awalnya dibeli dengan harga 18 dolar Spanyol atau 3 pound 5 shilling per ons, lalu kemudian naik menjadi 21 dolar atau 3 pound 18 shilling per ons”. (William Marsden, 2013:195)
4.      Menggunakan subjektifitas orang eropa atau Eropa-sentris dan cenderung rasial.
Bisa dilihat pada pandangan superioritas William Marsden sebagai orang yang datang dari Eropa. Masyarakat Eropa menganggap dirinya adalah bangsa paling beradab dimuka bumi. Pada Bab ke 11, Marsden membagi tatanan masyarakat kedalam 5 tingkatan. Di tingkat pertama, ia menempatkan masyarakat Republik Yunani kuno pada era kejayaan mereka; bangsa Romawi sebelum dan sesudah zaman Augustus; Prancis, Inggris dan negara-negara terkemuka lainnya di Eropa pada abad-abad belakangan; serta mungkin bangsa Cina. Kemudian posisi orang Sumatea yang paling beradab berada dikelas ketiga, sedangkan sisanya berada dikelas keempat. (William Marsden, 2013:239)
5.      Sudah mulai muncul cerita yang berpusat pada tokoh wanita.
Berbeda dengan historiografi tradisional yang berpusat pada tokoh-tokoh pria, pada historiografi kolonial ini tokoh wanita mulai di ekspose, seperti yang dijelaskan oleh Marsden berikut ini:
“...karena tidak ada pewaris tahta laki-laki, Taju-al-alum secara damai menggantikannya sebagai kepala negara dan menjadi ratu (sultanah) pertama Achin.” Kesuksesan seorang wanita menjadi pemimpin tersebut berlanjut selama hampir 60 tahun mengikuti garis keturunan wanita, yang bisa dianggap sebagai era baru dalam sejarah Indonesia. (William Marsden, 2013:239)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar