Selasa, 30 April 2013

Museum Kareta Karaton Ngayogyakarta



Manfaat Museum Dan Hakekat Sejarah Bila Dikaitkan Dengan Kunjungan Ke Museum Kareta Karaton Ngayogyakarta

Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan oleh arena itu bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis. Hakekat museum yaitu sebagai media edukasi, gudang ilmu dan tempat pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Museum Kareta Kraton Ngayogyakarta terletak tidak jauh dari Kraton Yogyakarta itu sendiri. Museum ini menyimpan berbagai koleksi kereta-kereta yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta. Bila kita berkunjung kesana, ada baiknya jika didampingi oleh pemandu ketika memasuki museum kereta tersebut, karena kalau tidak belum tentu kita  akan mengerti cerita dan latar belakang sejarah tiap-tiap kereta yang pastinya tidak sama. Biaya masuk untuk mengunjungi Museum Kareta Karaton Nyogyakarta ini adalah sebesar 3000 rupiah per orang dan 1000 rupiah untuk ID foto (bagi yang membawa kamera). Jam buka museum sendiri mulai pukul 08.30 sampai dengan pukul 16.00 WIB.
Umumnya semua kereta dibeli pada jaman Sri Sultan HB VIII yang dianggap sebagai Sultan pembaharu. Beliau jugalah yang melakukan renovasi Kraton, membeli banyak kereta dan dianggap Sultan yang kaya karena pada jamannya tidak terjadi peperangan (peperangan banyak terjadi pada masa Sri Sultan HB VII).
Berdasarkan penjelasan guide yang bernama Bapak Kardi, kita dapat mengetahui sejarah-sejarah kereta yang terdapat disana seperti berikut :
1.      Kareta Kyai Jongwiyat.
Kereta ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1880. Kereta Kyai Jongwiyat ini merupakan salah satu kereta peninggalan Sri Sultan HB VII. Kereta ini ditarik enam ekor kuda dan digunakan oleh manggala yudha atau panglima perang. Tetapi pada tanggal 18 Oktober 2011 kereta ini digunakan untuk upacara pernikahan anak bungsu Sultan, sebelumnya pada tahun 2002 juga digunakan untuk pernikahan anak pertama. Sekarang kereta ini digunakan untuk acara pernikahan dan usianya sekarang 133 tahun
2.      Kareta Kyai Jolodoro.
Kareta ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1815 dan merupakan peninggalan Sri Sultan HB IV. Ditarik dua ekor kuda. Kareta ini digunakan oleh manggala yudha atau panglima perang untuk mengontrol pasukan barisannya. Usia kareta ini 198 tahun.
3.      Kareta Roto Biru.
Kareta ini buatan Belanda pada tahun 1901. Peninggalan HB  VIII. Kereta ini dinamakan roto biru karena sesuai dengan warna dan sudah mengalami renovasi. Kareta ini ditarik oleh enam ekor kuda. Dahulu kareta ini digunakan oleh manggala yudha atau panglima perang. Dua tahun yang lalu kareta ini digunakan untuk pengiring-pengiring pengantin yang semuanya menggunakan baju berwarna biru yang disesuaikan dengan warna kareta.
4.      Kyai Rejo Pawoko.
Kareta ini dibuat pada tahun 1901 dan merupaka buatan Belanda. Kareta ini adalah peninggalan Sultan HB VIII dan ditarik oleh empat ekor kuda. Kareta ini digunakan oleh keluarga-keluarga sultan, pada waktu pernikahan dua tahun lalu dinaiki oleh adik-adik sultan. Kareta ini sudah mengalami renovasi.
5.      Kareta Landower.
Kareta ini dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII pada tahun 1901, buatan Belanda. Dahulu sempat dipamerkan di Hotel Ambarukmo. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
6.      Kareta Premili.
Kareta ini dirakit di Semarang pada tahun 1925 dengan spare-part yang didatangkan dari Belanda. Digunakan untuk menjemput penari-penari Kraton. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
7.      Kareta Kus Sepuluh.
Buatan Belanda pada tahun 1901 pada masa Sri Sultan HB VIII. Aslinya adalah kareta Landower dan bisa dipergunakan untuk pengantin. Walaupun bisa dipergunakan sebagai kareta pengantin namun pada acara pernikahan putri Sri Sultan HB X yang baru saja kareta ini tidak dipakai oleh mempelai.
8.      Kareta Kapulitin.
Kereta ini maerupakan kereta buatan dalam negeri yaitu Yogyakarta pada tahun 1921. Merupakan kareta untuk pacuan kuda. Peninggalan Sultan HB VIII, ditarik oleh 1 ekor kuda saja . Kereta ini digunakan untuk berburu..
9.      Kareta Kyai Kutha Kaharjo.
Kereta ini buatan Berlin, Jerman pada tahun 1927 danditarik oleh empat ekor  kuda. Kereta ini adalah peninggalan Sultan HB VIII dan digunakan sebagai kendaraan istri Raja dan untuk mengiringi acara-acara yang diselenggarakan oleh Kraton.
10.  Kareta Kus Gading.
Dibeli pada masa Sri Sultan HB VIII. Buatan Belanda pada tahun 1901. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
11.  Kareta Kyai Puspoko Manik
Kareta buatan Belanda pada tahun 1901 yang dipergunakan sebagai pengiring acara-acara Kraton termasuk untuk pengiring pengantin. Ditarik oleh 4 ekor kuda. Kereta ini adalah peninggalan Sultan HB VIII. Tahun 2011 kemarin digunakan untuk prosesi tukar cincin.
12.  Kareta Roto Praloyo.
Merupakan kareta jenazah yang dibuat pada tahun 1938. Kereta Roto Praloyo (roto = kereta, praloyo = meninggal). Kareta inilah yang membawa jenazah Sultan dari Kraton menuju Imogiri. Ditarik oleh 8 ekor kuda. Kereta ini asli buatan Yogyakarta. Kereta Roto Praloyo ini sudah dua kali digunakan yaitu ketika meninggalnya Sultan HB VIII dan Sultan HB IX.
13.  Kareta Kyai Jetayu.
Kereta ini merupakan peninggalan Sultan HB VIII. Buatan Yogyakarta pada tahun 1931. Kereta ini ditarik oleh empat ekor kuda dan digunakan oleh putri raja untuk menonton pacuan kuda.
14.  Kareta Kyai Harsunaba.
Kereta ini adalah buatan Belanda dan dibuat pada tahun 1870. Kereta ini peninggalan Sultan HB VI dan digunakan oleh pangeran (putra raja dari selir), tidak berhak menggantikan raja maka simbol mahkota pada kereta kecil. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
15.  Kareta Kyai Wimono Putro.
Dibeli pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VI tahun 1860.  Dipergunakan pada saat upacara pengangkatan putra mahkota. Kondisinya masih asli (warna kayu). Ditarik oleh 6 ekor kuda.
16.  Kareta Kyai Manik Retno.
Kereta ini adalah buatan Belanda pada tahun 1815. Kereta ini digunakaan untuk pesiar atau untuk jalan-jalan Sultan dan permaisuri. Kereta ini sudah mengalami renovasi yaitu pada bagian jok dan atapnya.
17.  Kareta Kanjeng Nyai Jimad.
Merupakan kereta paling tua dan masih dikarematkan. Kereta ini buatan Belanda pada tahun 1750. Usia kereta ini sudah mencapai 263 tahun, dan pernah digunakan oleh Sultan HB I sampai Sultan HB V untuk pelantikan atau penobatan raja. Kereta ini ditarik oleh delapan ekor kuda warna putih. Setiap 1 tahun sekali di bulan muharam atau suro, kereta ini dimandikan dan airnya banyak diperebutkan oleh masyarakat setempat untuk dicari berkahnya
18.  Kareta Mondro Juwolo.
Kereta ini adalah buatan Inggris, pada tahun 1800. Kereta ini peninggalan Sultan HB III, ayah dari Pangeran Diponegoro. Pada tahun 1825-1830 digunakan untuk perang melawan Belanda yang ditarik oleh enam ekor kuda. Kereta ini merupakan kereta anti peluru dan anti bom, apabila di naiki oleh Pangeran Dionegoro. Cat-nya diperbarui pada saat diadakannya Festival Kraton Nusantara. Fungsinya adalah sebagai alat transportasi.
19.  Kareta Garudo Yeksa..
Kereta ini disebut Kereta Kencana. Dihiasi dengan emas 18 karat dan dibuat oleh Belanda pada tahun 1861. Kereta ini adalah peninggalan dari Sultan HB VI. Kereta Garuda Yeksa ditarik oleh delapan ekor kuda warna putih dan digunakan untuk pelantikan raja mulai dari Sultan HB VI sampai sekarang. Kereta ini sakral karena saat menaiki kereta ini raja tidak boleh didampingi oleh istri.
20.  Kareta Landower Wisman.
Dibeli dari Belanda pada tahun 1901 pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VIII dan direnovasi pada tahun 2003, Dipergunakan sebagai sarana transportasi pada saat melakukan penyuluhan pertanian. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
21.  Kareta Landower Surabaya.
Kereta ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1901. Kereta ini ditarik oleh empat ekor kuda dan sudah mengalami renovasi. Kareta ini buatan Swiss dan dipergunakan sebagai sarana transportasi penyuluhan pertanian di Surabaya.
22.  Kareta Landower.
Kereta ini dibuat oleh Belanda pada tahun 1901. Kereta ini ditarik oleh empat ekor kuda dan sudah mengalami renovasi. Digunakan sesuai dengan namanya yaitu untuk antar jemput tamu mancanegara.
23.  Kyai Noto Puro.
Kareta ini buatan Belanda pada tahun 1870, pada masa pemerintahan Sri Sultan HB VII yang aslinya dipergunakan untuk manggala yudha atau dalam peperangan. Bentuk fisiknya sudah mengalami renovasi. Ditarik oleh 4 ekor kuda.
Selain koleksi kareta, kita juga bisa melihat replika pelana yang dipergunakan oleh Sultan, yaitu  Pelana Kyai Cekatha. Pelana Sultan yang asli mengandung emas dan butiran berlian. Beberapa pelana terbuat dari kulit macan. Ada juga koleksi pakaian dan aksesori pengendali kuda.
Sebagai sebuah museum, Museum Kereta Keraton Ngayogyakarta tentunya memiliki manfaat seperti museum pada umumnya.:
1.      Manfaat Edukatif:
Pendidikan telah menjadi alasan utama hadirnya sebuah museum ditengah-tengah masyarakat. Dimana museum dijadikan sebagai media pendidikan dengan metode pembelajaran dan kurikulum yang berbasis edukasi yang mendidik dan menghibur. Museum memiliki peran dan tanggung jawab sebagai media untuk menyampaikan pesan tersembunyi dibalik sebuah obyek (koleksi museum) melalui teks dan informasi lainya seperti dari guide. Pengalaman dan melihat objek secara langsung menjadi kelebihan tersendiri dan menjadi hal yang menarik yang dapat kita temukan di museum. Dengan mengunjungi Museum maka akan mendapatkan pengetahuannya terutama yang berkenaan dengan benda-benda yang dikoleksi oleh Museum tersebut. Manfaat yang dapat dirasakan saat kita mengunjungi Museum Kareta Karaton Yogyakarta, kita bisa mendapatkan informasi dan wawasan mengenai sejarah kareta-kareta keraton di Yogyakarta secara lebih rinci. Hal tersebut dapat menumbuhkan daya kritis dan kreatifitas untuk membuktikan fakta dan teori yang terdapat dalam buku.
2.      Manfaat inovatif:
Dengan mengunjungi Museum kita diharapkan mampu menghasilkan ide baru sehingga dapat menghasilkan karya baru yang bermanfaat. Misalnya setelah mengunjungi Museum Kareta Karaton Nagyoyakarta dapat di jadikan sumber inspirasi bagi model-model transportasi darat masa kini dan penggantian tenaga kuda sebagai penarik kereta pada zaman dahulu dapat digantikan dengan tenaga mesin mengikuti perkembangan zaman saat ini.
3.      Manfaat Imajinatif:
Dengan mengunjungi museum maka seseorang dapat berimajinasi membayangkan sesuatu yang berasal dari koleksi museum itu dan dapat mengembangkan imajinasinya. Manfaat Imaginatif yang didapat setelah mengunjungi museum kereta adalah kita bisa membayangkan bagaimana keadaan masa lalu. Bahwa pada masa lalu raja-raja Mataram menggunakan kereta–kereta tersebut untuk berbagai aktivitasnya. Masing-masing kereta mempunyai fungsi dan kegunaan yang berbeda. Seperti kereta yang digunkan oleh pangeran Diponegoro saat berperang melawan Belanda, kita bisa membayangkan seolah-olah kita bisa menyaksikan sendiri perang tersebut.
4.      Manfaat Rekreatif:
Dengan mengunjungi museum maka seseorang dapat rileks, bersantai dan melepaskan beban kegiatan sehari-harinya. Dengan mengunjungi Museum kita bisa belajar sambil berekreasi. Dan dengan kegiatan berfoto-foto bersama kareta-kareta tersebut. Kita bisa merasa senang dan rileks.
Museum sebagai tempat penyimpanan dari benda-benda bersejarah pasti meliliki hubungan dengan hakekat sejarah itu sendiri. Hakekat sejarah bila dikaitkan dengan Museum Kareta Karaton Ngayogyakarta :
a.      Sejarah sebagai peristiwa, maksudnya sejarah itu hanya sekali terjadi atau sering dikenal dengan einmalig.  Semua koleksi yang ada di Museum umumnya peninggalan dari peristiwa-peristiwa sejarah. Apa yang terjadi pada masa lalu merupakan fakta sejarah atau kenyataan sejarah dan menjadi peristiwa sejarah. Misalnya cerita mengenai  Kareta Mondro Juwolo yang merupakan Kareta peninggalan Sultan HB III, ayah Pangeran Diponegoro yang dipakai oleh Pangeran Diponegoro pada waktu perang untuk melawan Belanda pada tahun 1825-1830. Peristiwa perangnya Pangeran Diponegoro dalam melawan Belanda tersebut tidak akan terulang kembali.
b.      Sejarah sebagai Kisah, maksudnya sejarah bisa berulang kembali namun pasti ada sesuatu yang berbeda. Misalnya Terdapat didalam cerita mengenai kegunaan Kareta Roto Praloyo sebagai Kareta Jenazah yang digunakan untuk membawa jenazah Sultan HB IX ke Makam Raja-raja di Imogiri. Kemungkinan kejadian ini bisa terulang kembali ketika ada orang kerajaan atau keluarga Sultan yang meninggal. Selain itu ada juga Kareta Garudo Yekso atau Kareta Kencono Emas yang ditarik oleh delapan ekor kuda warna putih yang digunakan untuk pelantikan raja dari Sri Sultan HB VI sampai sekarang . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar